❄️Chapter 55❄️

86 14 0
                                    

Sudah berapa hari ini Haruto keluar dari rumah sakit, keadaannya sudah membaik, sekarang dia menginap di markas, supaya lebih aman dan nggak jauh dari pengawasan yang lain katanya.

"Jangan lupa minum obat lo, gue mau nyari makan dulu." itu suara Jaehyuk, Haruto mengangguk saja, disini rasanya dia diperlakukan kayak bayi, agak lucu tapi Haruto suka itu.

Soal Evaluasi yang pernah Haruto singgung, dia benar-benar melakukannya, kemarin malam dia mengajak satu persatu orang untuk ke kamarnya dan mengatakan sejujurnya tentang dia dan apa orang itu membenci dia.

Haruto bersyukur, semuanya bilang dia nggak benci Haruto, jadi cuma ada 3 orang yang ngehianati dirinya, dan Haruto sudah memaafkan mereka.

"Jeongwoo kemana?" tanya Haruto pada orang di sampingnya, itu Junkyu.

"gatau, tadi katanya dia ada urusan bentar." Haruto mengangguk tanda mengerti kemudian kembali menutup mata.

Sebelum benar-benar tertidur, teleponnya berbunyi, Haruto melihat siapa yang menelpon, oh itu bibinya, kenapa ini.

"Halo?"

"...."

"bibi beneran? jangan bercanda bi."

"...."

"Haruto kesana sekarang."

Haruto kelimpungan, dia mencari kunci motor dan berlari keluar, teriakan Junkyu di belakangnya tidak dia dengarkan, yang jelas, dia ingin pulang, karena apa? sang bibi mengatakan kalau neneknya meninggal dunia.

☆゚.*・。゚

Ting... tong...

Bel rumah berbunyi, membuat seorang gadis berjalan untuk membukakan pintu, sedikit menatap aneh dengan tamunya.

"ngapain kesini?" tanya gadis itu.

"gamau ngajak masuk dulu, kita bicara di dalam." gadis itu akhirnya membukakan pintu, membiarkan tamunya berjalan masuk, mereka duduk di ruang tamu, dengan Televisi yang masih menyala.

"kenapa Woo?" tanya Yuna, yap, orang itu adalah Jeongwoo, ternyata urusan yang dia maksud itu adalah dia akan ke rumah Yuna.

"gue cuma mau ngebicarain Haruto." ucap Jeongwoo membuat Yuna menyeringai.

"dia nggak bisa kesini sendiri gitu ya, sampai dia nyuruh lo buat kesini." Jeongwoo menggeleng pelan, bukan Haruto yang menyuruh dia kesini, tapi dirinya sendiri yang ingin datang menemui Yuna untuk Haruto.

"jadi lo mau ngebicarain apa?" tanya Yuna lagi, mereka sekarang masih terlalu canggung untuk berbicara, apalagi Jeongwoo yang masih merancang kata-kata tanpa harus menyindir soal hubungan Haruto dan Yuna.

"gue cuma mau bilang, Haruto nggak salah apa-apa soal masalah itu, semuanya udah selesai, dan Dion udah dinyatakan bersalah." jelas Jeongwoo, Yuna mengangguk paham, di dalam hatinya dia juga sedikit bersyukur karena masalah ini selesai.

"lo tahu nggak Yun, sebenarnya gue itu pernah berkhianat sama Haruto, lo juga tahu sendiri kan kemarin." Yuna mengangguk, kemarin dia mendengar semuanya, apalagi soal alasan kenapa Jeongwoo membenci Haruto.

"dan gue ngerasa bodoh banget udah ngebenci dia, harusnya kalau itu dulu ya dulu, tapi rasa benci itu malah gue bawa sampai sekarang, bahkan hampir membuat bahaya beberapa orang..." Jeongwoo menggantungkan ucapannya.

"gue benci banget sama sifat Haruto dulu, tapi semenjak Haruto kenal sama lo, dia jadi lebih bisa di atur, gue bersyukur dia bisa kenal sama lo Yun, dan gue makasih banget karena lo bisa ngerubah dia." Lanjut Jeongwoo kemudian terkekeh pelan.

"gue nggak mungkin bongkar rahasia yang dimaksud Dion saat ini ke lo, karena gue mau rahasia itu Haruto yang ngomong sendiri, bukan gue atau orang lain." ucap Jeongwoo kemudian menatap Yuna yang menunduk.

"Haruto emang salah nyembunyiin sesuatu dari lo, tapi menurut gue, lebih baik rahasia itu terus di sembunyikan aja daripada kalian berdua terluka." Yuna jadi berpikir keras, sebenarnya rahasia itu apasih.

Belum Yuna menjawab Jeongwoo, suara berita di Televisi mengalihkan mereka.

"terjadi kecelakaan tunggal di jalan Asmara, di duga korban berkendara dalam keadaan sakit sehingga membuat kendaraan oleng dan menabrak bahu jalan, saat ini korban sudah dibawa ke rumah sakit terdekat."

"Woo, bilang ke gue kalau itu bukan motor Haruto, itu bukan motor Haruto kan, motor model kayak gitu kan banyak." ucap Yuna panik, Jeongwoo diam, dia masih menatap lekat kearah motor yang terlihat rusak itu.

Kring...

Ponsel Jeongwoo berdering, seseorang menelponnya, pemuda itu menjauh, meninggalkan Yuna yang masih berdiam diri, masih berpikiran positif tentang berita kecelakaan tadi.

"Yun, ayo ikut gue." ucap Jeongwoo setelah selesai mengangkat telepon.

"kemana?" tanya Yuna, gadis itu sudah tidak bisa berpikiran positif lagi.

"awalnya anak-anak mau dateng ke acara pemakaman neneknya Haruto, tapi mending kita ke rumah sakit dulu, nanti Haruto marah kalau kita nggak dateng." Yuna menangis begitu saja, pikirannya tidak karuan sekarang.

"ayo... lo pasti kuat." Jeongwoo membopong Yuna di dekapannya, membawa gadis itu menuju mobilnya, setelah itu mereka berlalu menuju rumah sakit.

"To, lo pasti baik-baik saja." batin Yuna sebelum kehilangan kesadarannya.


TBC

kaget nggak? kaget nggak? hehehe

By : RA.

WHO LOVE'S YOU? ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang