Chapter 56

1 0 0
                                    

Naiara yang sedari tadi tak kunjung menemukan keberadaan Bima, malah salah jalan. Ia tidak tahu dimana saat ini dia berada. Apalagi dia tidak memiliki ponsel untuk menghubunginya. Hanya mengikuti kemana kakinya melangkah.

Di tengah perjalanan, tanpa sengaja Naiara melihat seorang gadis sedang diganggu oleh beberapa pria. Salah satu diantara mereka sudah pasti bos mereka. Gadis itu terlihat sangat ketakutan. Sepertinya tak ada seorangpun yang berani menolongnya.

Tapi dikarenakan gadis itu paling tidak bisa melihat orang lemah ditindas. Maka, dia pun segera menghampiri mereka.

"Ooh, jadi cuma segini nyali kalian ?" Ucap Naiara dengan berninya.

"Lo siapa ? Berani-beraninya ikut campur."

"Gue ? Bukan siapa-siapa sih. Cuma gak suka aja liat orang yang sok jago menindas yang lemah."

"Heh, asal lo tau aja ya.. Dia ini punya hutang sama gue. Tapi karna dia gak bisa bayar.. Sebagai gantinya, dia jadi milik gue. Jadi bukan urusan lo buat ikut campur masalah gue ! Pergi lo sana ! Gak usah sok jadi pahlawan di sini !"

"Oh, jadi gitu ? Menjadikan milik lo dengan secara paksa. Kasian !" Ledek Naiara. "Jadi kesannya tuh kayak.. Ngemis-ngemis tau nggak !"

"Heh gak usah ikut campur ya lo ! Lo mau gue hajar juga ?"

"Emang lo berani ? Yang beraninya cuma sama orang lemah doang."

"Heh, lo jangan kurang ajar ya. Di sini tuh gue yang paling berkuasa. Jadi gak bakalan ada yang nolongin kalian tau nggak !"

"Bukannya lo ya, yang udah kurang ajar ? Beraninya cuma nantangin cewek yang lawannya gak sepadan sama lo ! Dasar banci lo !"

"Apa lo bilang ?"

"Banci !"

Namun, ketika pria itu hendak melayangkan pukulannya terhadap Naiara, dengan cepat Naiara pun menahannya dan malah membalasnya balik. Hingga pria itu kesakitan karena tangannya diperintil ke belakang.

"Adudududuhh.."

"Gimana ? Sakit gak ?"

"I-iya.. Sakit, sakit..."

"Makanya jangan suka nantangin orang kalo nyali lo masih kecil. Gak malu apa, sama anak buah lo ? Yang beraninya cuma main keroyokan doang. Sama cewek, lagi. Lemah !"

Karena tidak terima dipermalukan, pria itu pun memerintahkan para anak buahnya untuk kembali memberikan pelajaran kepada Naiara.

Tapi sayangnya, mereka semua malah dikalahkan oleh Naiara dengan mudah. Gadis itu kan jago bela diri.

Hingga pada akhirnya orang-orang itu babak belur dan sudah tak berdaya lagi.

"Tuh kan.. Bandel sih dibilangin. Makanya jangan suka menindas orang yang lemah." Lalu melepas kalungnya dan memberikannya kepada mereka.

"Nih ! Itu lebih dari cukup buat lunasi hutang-hutangnya !__Oh ya, dan satu lagi.. Jangan ganggu dia lagi. Kalo sampai gue liat kalian masih ganggu dia. Gue bakalan lapor polisi ! Mengerti kalian ?"

"I-i-iya, iya.. Kami mengerti."

Setelah menerima kalung mahal itu, mereka pun segera berlari kelabakan meninggalkan kedua gadis itu.

"Kamu gapapa kan ? Ada yang luka gak ?" Tanya Naiara sambil memeriksa keadaan gadis itu.

Sementara gadis itu masih melongo melihat betapa jagonya seorang Naiara mengalahkan pria-pria itu.

"Hey.. Kamu gapapa kan ?"

"Ah, i-iya gapapa. Makasih ya kamu udah nolongin aku dari mereka."

"Emangnya mereka-mereka itu siapa sih ? Kayak merasa paling berkuasa aja di sini ? Sampe gak ada satupun yang berani tuk nolongin kamu."

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang