Chapter 63

3 0 0
                                    

Ternyata, masih aja orang lama pemenangnya.

Setelah merawat luka-luka Arvin, Naiara pun tertidur disampingnya. Sepertinya gadis itu juga kelelahan, lupa untuk mengurus dirinya sendiri.

Saat ini mereka sedang berada di rumah baru Bima. Rumah yang dibelinya untuk Naiara. Kebetulan rumah itu tidak pernah mereka tinggali, si Naiara juga tidak mau tinggal di rumah itu sendirian.

Dan juga tempat teraman untuk mereka tinggali saat ini.

Tidak lama, Arvin terbangun. Dilihatnya, Naiara tertidur pulas dengan tangannya yang menggenggam tangan Arvin.

Dikarenakan tubuh Arvin bergerak, Naiara pun terbangun.

"Arvin.."

Arvin hanya tersenyum menatapnya.

"Gimana keadaan kamu ? Masih ada yang sakit gak ?" Menatapnya khawatir.

"Udah agak mendingan."

"Syukurlah. Oh ya, kamu mau makan sekarang ? Aku ambilin ya. Soalnya kamu belum makan dari semalam."

Tapi ketika Naiara hendak pergi, Arvin segera meraih tangan Naiara.

"Nai.."

"Ada apa ?"

"Kita lagi di rumah siapa ? Orang-orang itu gimana ? Lo gapapa kan ?" Terlihat sedikit khawatir.

Naiara pun menjelaskan kepada Arvin kalau mereka sedang berada di rumahnya Bima. Arvin juga pingsan semalaman karena luka lamanya ternyata kembali kambuh lepas terkena pukulan dari orang-orang itu, sehingga menyebabkan pendarahan. Bima lah yang memanggilkannya dokter untuk merawat lukanya itu. Kalau dibawa ke rumah sakit, sama saja akan membuat orang-orang itu kembali menemukan mereka.

"Ya udah, kamu istirahat aja. Aku ambilin kamu makanan dulu." Segera keluar dari kamar.

Arvin mengangguk. Ternyata, masih aja orang lama pemenangnya.

***

Gara-gara tidak berhasil menangkap gadis itu, membuat Satria dipukuli habis-habisan oleh orang-orangnya Aldrich. Meski Satria sudah menjelaskan situasinya, tetap saja membuat Aldrich sangat marah.

Sebenarnya, Satria juga tidak benar-benar ingin menangkap Naiara. Ia melakukan hal itu karena diawasi oleh orang-orang Aldrich yang ikut bersamanya kemarin. Apalagi saat Bima tiba, Satria juga langsung meninggalkan tempat itu. Sehingga orang-orangnya Aldrich melaporkannya dan dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik.

"Padahal kamu biasanya tidak pernah gagal setiap melakukan apa yang saya perintahkan. Tapi kenapa hanya menangkap anak itu, kamu bisa gagal, Satria ?"

"Maafkan saya tuan. Saya janji lain kali tidak akan ada kata gagal lagi. Kemarin saya hanya panik karena ada Bima."

"Panik ?" Aldrich tidak percaya, karena biasanya Satria tidak pernah panik dan selalu tenang menjalankan tugasnya. "Atau jangan-jangan.. Kamu menyukai anak itu ? Karena sudah pernah tinggal bersama kamu dulu. Iya ?"

Dengan cepat Satria menggeleng. "Tidak tuan. Saya benar-benar tidak bohong."

"Buktikan kalau omongan kamu bisa saya percayai lagi."

"Baik tuan. Terimakasih sudah memberikan saya kesempatan."

"Kamu ingat kan, ini kesempatan terakhir kamu ? Dan kalau kamu gagal lagi ataupun kamu ketahuan mengkhianati saya, kamu tau kan apa konsekuensinya ?"

"Iya tuan. Saya mengerti."

Tanpa berkata-kata lagi, Aldrich pun memberikan kode untuk menyuruh Satria segera keluar dari ruangannya. Karena ia sudah sangat kesal dengan kegagalan pria itu.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang