Di ruangan sempit nan gelap, tampak seorang gadis duduk meringkuk tengah menangis ketakutan. Di tempat itu dia benar-benar ditinggal sendirian.
Seketika, gadis itu kaget ketika pintu terbuka. Pikirnya, ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Nyatanya, hanya beberapa bodyguard yang hendak membawanya pergi.
Dengan wajah yang lusuh, gadis itu dibawa paksa ke sebuah ruangan yang juga tidak begitu jauh dari ruangannya dikurung.
Ditempat itulah gadis itu bertemu dengan bos mereka.
Bos besar.
Gadis itu didorong hingga terjatuh. Terjatuh dihadapan bos besar mereka. Bos yang selama ini selalu mengejar-ngejar dirinya dan keluarganya.
Aldrich Hanindito Ganendra.
"Halo Naiara.. Akhirnya kita bertemu lagi."
Naiara tertunduk, tidak berani menatap wajah pria tua itu.
"Bagaimana ? Masih mau main kucing-kucingan dengan saya ?" Sembari mengangkat dagu Naiara menggunakan tongkatnya.
Terlihat jelas dari sorot mata Naiara, bahwa dia sangat ketakutan ketika menatap mata itu.
"Kakek.. Tolong lepasin Naiara, kek. Maafin Naiara. Naiara janji gak akan kabur lagi."
PLAK !
Sebuah tamparan melayang diwajah Naiara.
"Dengan mudahnya kamu minta maaf, setelah apa yang kamu lakukan !"
"Kamu pikir selama ini saya membiarkan kamu bebas karena cucu saya ? Kamu salah ! Saya sengaja membiarkan kamu menikmati udara luar sebelum akhirnya kamu berada di sini." Sambungnya.
"Salah Naiara apa, kek ? Kenapa kakek bawa Naiara ke sini ?"
"Kamu mau tau salah kamu ? Karna kamu terlahir sebagai anak pembawa sial ! Kamu liat kan.. Setiap orang yang berada di sekitar kamu, mereka akan terluka pada akhirnya. Itu kesalahan kamu !"
Betapa pedihnya perasaan Naiara yang mendengar ucapan itu. Air matanya berjatuhan, tidak kuat menahannya. Karena gadis itu membenarkan perkataan Aldrich.
"Kalo kamu gak mau membuat mereka terluka. Cepat kasih tahu saya, dimana kedua orangtua kamu ?"
Naiara menggeleng.
Namun, rambutnya malah ditarik ke belakang dengan sangat kuat hingga kesakitan.
"Naiara gak tau, kek."
"Saya tidak percaya !"
"Naiara beneran gak tau mereka ada dimana. Naiara gak bohong."
Aldrich memberi kode pada beberapa bodyguardnya, lalu mereka pun mendatangkan Atifa ke hadapan Naiara dengan wajah yang sudah penuh memar karena di siksa oleh mereka.
"Atifa.. ?"
"Naiara.."
Tampak jelas kalau Atifa sangat ketakutan, dan terus menangis.
Tapi mereka dihadang oleh beberapa bodyguard sehingga tidak bisa saling berdekatan.
"Masih belum mau kasih tau juga keberadaan orangtua kamu ?"
Seorang bodyguard tengah memegang sebuah besi panas yang diambilnya dari penghangat ruangan yang ada di ruangan itu. Lalu menyeret Atifa dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.
"Kamu tau kan, itu apa ? Kalo kamu gak kasih tau dimana keberadaan kedua orangtua kamu, maka kamu akan menyaksikan teman kesayangan kamu itu tersiksa karena kamu."
"Naiara, tolong aku.." Atifa menangis tersedu-sedu ketakutan.
"Masih belum mau beritahu juga. Ok !"
Ketika bodyguard akan mulai menyakiti Atifa, dengan sedikit keberanian yang dimiliki oleh Naiara saat ini, Naiara pun menghentikan mereka dan memberitahukan yang diketahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...