• Ellen Berenice
Udah lama ya ga liat gadis cantik ini.
Maklum, gara-gara sahabatnya yang lagi galau tingkat tinggi, makanya dia super sibuk. Karena tugasnya sebagai sekertaris harus stanby di kantor. Apalagi managernya sering bolos kerja. Alias si Aline.
Aline menyerahkan pekerjaannya untuk sementara waktu kepada Ellen, karena tidak memungkinkan baginya untuk bisa fokus kerja selama beberapa hari.
Tapi hari ini sepertinya Aline sudah bisa kembali bekerja. Ia tidak ingin terlalu berlarut-larut dalam masalahnya. Pikirnya, setiap orang juga akan memiliki masalah dan solusi. Kalau tidak berpikir seperti itu, setiap masalah yang ada pasti tidak akan selesai.
"Nih, berkas-berkas yang mesti lo pelajari dulu sebelum ketemu sama klien kita." Ellen membawakan beberapa berkas di atas meja Aline. "Dua jam lagi kita ketemu klien."
"Lo tega banget sih. Baru aja beberapa hari gue refreshing, masa udah harus ditumpukin tugas lagi."
"Yee.. Bukannya makasih, malah di omelin."
"Ya lo kan sekertaris gue. Apa gak bisa gitu, meeting nya ditunda dulu."
"Gak bisa ! Dan lo cuma punya waktu dua jam.." Melihat jam tangannya. "Dari sekarang. Ok ? Gue siap-siap dulu." Segera keluar dari ruangan Aline.
"Menyebalkan !" Menjauhkan beberapa berkas itu darinya dengan kesal.
***
Saat ini Arvin dan Naiara sudah berada di sebuah taman. Tampak tenang dan juga tempat yang tepat untuk mereka berbicara.
"Ada apa, Nai ?"
Tangan Naiara gemetaran memberikan ponselnya.
Arvin yang melihat isi dari ponsel Naiara juga kaget. Sekarang ia sudah paham dengan apa yang membuat kekasihnya itu shock dan ketakutan.
"Gara-gara aku, hidup mereka jadi menderita. Dan setiap orang yang berada di dekat aku, mereka semua berada dalam bahaya. Semuanya gara-gara aku, Vin. Andai aja aku ikutin semua kemauan mereka, pasti mereka gak akan lakuin hal itu sama orang-orang yang aku sayangi."
"Aku ngerti gimana khawatirnya kamu sama sahabat kamu. Tapi jangan berpikiran kalo semua ini salah kamu, Nai.. Kamu gak salah."
"Tapi mereka berdua tertangkap karena orang-orang itu sengaja supaya aku dan keluarga aku menyerahkan diri ke mereka."
Arvin menggenggam tangan Naiara, menenangkannya. "Kamu jangan takut. Aku akan terus berada disisi kamu. Dan aku janji akan ngelindungi kamu, apapun itu."
"Jangan kasih tau mama ya, Vin. Aku gak mau dia khawatir."
"Kamu tau, Bima kapan pulang ?"
"Udah ah, jangan nanyain Bima. Aku lagi kesel sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...