Chapter 49

22 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Bima dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Bima dalam hidupnya. Bukan karena pekerjaan yang super sibuk, tapi karena masih memikirkan keadaan Naiara.

Lagi-lagi Naiara menghilang.

Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menemukan gadis itu.

Di atas mejanya, terpajang sebuah foto dirinya bersama Naiara yang berpose saling merangkul dengan sebuah boneka teddy bear besar yang dipeluk oleh Naiara.

Kamu dimana sih, Nai ? Apa kamu sebegitu bencinya sama aku, sampe aku gak diizinkan tuk tau dimana keberadaan kamu saat ini. Sembari memandangi foto itu.

Salah satu karyawannya masuk ke ruangannya dengan membawa beberapa berkas.

"Permisi pak, ini berkas-berkas dari pak Raymond untuk segera ditandatangani." Ucapnya.

"Oh iya, terimakasih." Bima meletakkan kembali fotonya, lalu mengambil berkas itu. "Ada lagi ?"

"Tadi saya sudah cek jadwal bapak, dan hari ini sudah tidak ada lagi pekerjaan di kantor. Jadi bapak bisa istirahat."

"Apa papa tau, jadwal saya kosong hari ini ?"

"Pak Raymond sendiri yang menyuruh untuk mengosongkan jadwal bapak. Karena dia yang akan pergi menggantikan bapak mewakili perusahaan ke Singapore."

Papa gantiin aku ? Tumben. Biasanya dia selalu buat anaknya sibuk. Bima terheran sendiri. "Oh, ya sudah. Siapkan mobil ya."

"Baik pak."

Sambil menunggu Juna menyiapkan mobil, Bima segera bersiap-siap. Sepertinya dia tahu alasan papanya menggantikannya.

Kebetulan jadwal hari ini kosong. Maka, inilah kesempatan Bima untuk mencari keberadaan Naiara. Bagaimanapun caranya, dia harus secepatnya menemukannya. Tidak pernah sampai selama ini dia berpisah dari gadisnya itu.

***

Arvin yang semalaman terbaring tak berdaya lepas operasi, sekarang sudah sedikit lebih baik. Wajahnya tersenyum cerah ketika melihat kedua temannya datang menjenguknya.

"Hai bro.. Apa kabar lo." Sapa Azka.sembari ditangannya menenteng makanan kesukaan Arvin.

"Gimana keadaan lo sekarang ?" Tanya Kevin.

"Udah agak mendingan sih. Cuman masih belum bisa makan."

"Yah, haha.. Kasian. Berarti lo gak bisa makan makanan yang gue bawa dong." Ledek Azka. "Kalo gitu, kita berdua aja yang makan, Kev. Mubazir kan kalo gak dimakan." Sengaja membuka bungkus makanan yang dibawanya, hingga membuat Arvin ngiler karena masih belum diizinkan untuk memakan-makanan yang berat. Hanya bisa mengonsumsi bubur saja sampai dia benar-benar sembuh.

"Tega banget lo. Itu kan punya gue."

"Ntar gue ganti, tunggu lo udah bisa makan." Mulai menyantap makanannya.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang