Kalo tau didiemin kayak gini, mending gak usah nurut tadi !
Salah satu anak buahnya Valen tertangkap oleh beberapa anak buahnya Aldrich.
Kiri kanan tangannya terikat. Wajahnya sudah babak belur. Tubuhnya dipenuhi luka-luka terkena cambukan.
Tapi mereka tiada hentinya menyiksa orang itu.
Tidak lama, Raymond tiba.
"Gimana ?" Tanya Raymond pada beberapa anak buahnya.
"Lapor bos, dia masih saja tidak mau bicara."
Raymond pun mendekati pria itu. "Kalau kamu kasih tau dimana keberadaan gudang itu, saya pastikan kamu akan hidup nyaman dan tenang seperti yang kamu inginkan."
"Cuihh ! Sampai mati pun saya tidak akan memberitahukan dimana gudang itu."
Karena kesal dengan jawaban pria itu, Raymond pun langsung mengambil sebuah besi panas yang sedang dibakar dalam bara api tidak jauh darinya.
"Jadi kamu rela mati demi mereka ? Ok !" Lalu meletakkan besi panas itu ke tubuh pria itu, hingga pria itu berteriak kesakitan. "Saya tanya sekali lagi, dimana gudang itu ?"
Tapi orang itu tetap membungkam mulutnya rapat-rapat, meski dia sudah sangat menderita.
"Baik ! Cepat, temukan keluarganya !" Perintahnya pada para anak buahnya yang ada di tempat itu.
"Jangan ! Saya mohon.. Jangan libatkan keluarga saya. Baik, saya akan memberitahukan dimana gudang itu."
"Nah, gitu dong."
"Cuma buku besar yang bisa menemukan lokasi gudang itu."
"Buku besar ?"
"Iya. Buku besar. Saya juga tidak tahu seperti apa buku itu. Tapi buku besar itu bisa mengetahui sebagian lokasi harta madam."
Raymond tersenyum puas. Dugaannya benar. Buku besar yang ada pada Reynand memang kunci untuk menemukan keberadaan gudang itu.
Lalu segera meninggalkan tempat itu. Tidak lupa, ia juga menyuruh para anak buahnya untuk menghabisi nyawa orang itu agar tidak didengar oleh mata-mata yang sedang mengawasi mereka.
***
Hari ini meeting bersama para karyawannya berjalan lancar seperti biasanya. Tapi masalah yang melibatkan ARline group masih belum ada solusinya.
Bima keluar dari ruangan itu tanpa semangat. Didampingi Juna disisinya.
"Oh ya pak, dua jam lagi bapak ada janji temu sama bu Aline."
"Bu Aline ?"
"Bu Aline ARline group. Bukannya bapak sudah kenal ya ?"
"Oh dia. Ya udah, langsung berangkat aja."
"Baik pak."
Segera Bima dan Juna menuju parkiran mobil mereka yang terletak di basement.
***
Di sisi lain, raut wajah Aline tampak gusar. Sedari tadi dia tidak bisa fokus melakukan pekerjaannya. Selalu saja ada kesalahan yang dilakukannya. Semacam, kepenuhan mengisi air ke dalam gelasnya hingga menggenang, termenung sambil berjalan hingga hampir menabrak karyawannya. Dan beberapa lagi lainnya.
"Al.. Lo kalo gak niat kerja, mending lo pulang aja gih sana. Soalnya karyawan disini tuh pada ngeluh liat muka kusut lo tau nggak." Ucap sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...