Gimana aku bisa percaya, kalo satu-satunya orang yang aku percaya selama ini udah mulai bohong sama aku.
Para wartawan tiada hentinya mengikuti langkah Cindy Azalia, bahkan ketika ia hendak kembali ke mobilnya. Mereka selalu saja mengajukan banyak pertanyaan yang belum dijawab oleh Cindy.
Diantara kerumunan orang-orang itu, Naiara tiba dengan berdesak-desakan sambil memanggil-manggil sang mama. Ia sangat begitu ingin menemui mamanya itu.
Tapi Cindy tidak mendengar panggilannya maupun menyadari keberadaannya saking banyaknya orang-orang mengerumuninya.
"Mama.. Ma.. Mama, ini aku ma."
Tiada hentinya Naiara memanggilnya.
Di saat itu, Arvin yang sedang mengendarai mobilnya tanpa sengaja melihat keberadaan gadis itu. Ia baru pulang dari mengantar sang papa.
Untuk itu, Arvin pun segera menepikan mobilnya, lalu turun menghampirinya. Ia khawatir melihat Naiara berada diantara kerumunan seperti itu.
"Naiara, lo gapapa ?"
"Arvin ? Kok kamu bisa ada disini ?"
"Gue kebetulan lewat. Trus liat lo disini. Lo beneran gapapa ?"
"Aku gapapa kok. Aku mau ketemu sama mama."
"Tapi disini ramai banget, Nai. Lo gak bisa ketemu tante Cindy sekarang. Apalagi disekitaran sini pasti udah banyak banget yang ngawasin tante Cindy."
Tapi gadis itu tidak memperdulikan omongannya Arvin dan tetap melangkah maju.
"Nai.. Lo bisa terluka kalo nekat nerobos mereka." Mencoba menahan gadis itu.
"Gak !" Kembali menarik tangannya. "Pokoknya aku mau ketemu sama mama.__Mama.. Ma.."
"Naiara.. !"
"Kamu kenapa sih malah ngehalangin aku ?"
"Ya gue takut lo terluka."
"Apaan sih !"
Dikarenakan saling dorong-dorongan, tanpa sengaja tubuh Naiara terdorong hingga membuatnya terjatuh. Tangan dan kakinya lecet. Tapi orang-orang itu tetap tidak perduli.
"Naiara.." Segera Arvin menghampirinya. Lalu membantunya berdiri. "Lo gapapa ?" Sambil memeriksanya.
"Gapapa." Meski ada luka gores dilengannya, tapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa ingin bertemunya terhadap sang mama.
"Bu, sepertinya ada yang mengenali ibu." Bisik salah satu bodyguard Cindy.
"Iya saya tau. Segera kamu jauhkan dia."
"Baik bu."
Sepertinya Cindy sudah menyadari keberadaan Naiara, tapi sengaja tak diperdulikannya. Ia hanya tidak ingin membuat Naiara terluka kalau nekat menemuinya ketika berada dikerumunan orang-orang itu. Apalagi kalau sampai para mafia itu mengetahui Naiara anaknya Cindy, bisa-bisa anak itu tertangkap lagi.
Salah satu bodyguard segera menghadang Naiara dan menjauhkannya dari Cindy, sampai Cindy masuk ke dalam mobilnya.
"Nggak. Mama gak boleh pergi. Mama.. Mama.." Panggil Naiara yang berusaha mengejar Cindy meski kaki dan tangannya sudah terluka. "Ma.. Kenapa mama gak mau mengenali aku, ma. Aku anak mama."
"Nai, udah Nai. Jangan dikejar lagi. Nanti kita pikirkan supaya bisa ketemu tante Cindy, ya."
Naiara hanya bisa menangis melihat kepergian Cindy dari kejauhan. Ia sangat sedih melihat mamanya seolah tidak memperdulikan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...