Chapter 9

193 22 0
                                    









.








Jam 11 malam Nyonya Nanase sudah menyuruh mereka segera tidur.









Riku sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Tenn yang memeluknya dari belakang sambil mengendus leher belakangnya.

"Riku, apa benda itu lebih menarik?"

"Hmnn,"

Tenn menepuk-nepuk perut rata Riku,"anak ini mau diapakan?"

Omega itu berbalik untuk memeluk beta dibelakang, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Tenn.

"Aku tidak bisa menggugurkannya, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Okaa-san tahu, aku harus bagaimana Tenn-nii?"

Tenn mengusap rambut adiknya,"kalau aku memilih untuk menggugurkan anak ini, sejak awal dia tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya kan?" Dia menciumi rambut omega dipelukannya.

'Feromon Riku memang yang terbaik,'

"Tapi.... Dia tidak berdosa..... Kami yang menanggung dosa, kenapa harus dia yang menjadi korban?" Riku menatap kedua mata Tenn.

"Riku, bagaimana kalau kau tinggal dengan Tenn-nii?"

Tenn memberikan saran.

Riku menekuk alis, ekspresi nya berubah takut.

"Otou-san-"

"Lupakan Ossan itu! Aku sudah tinggal sendiri! Ikutlah denganku jika kau ingin merawat anakmu, hanya ada aku disana, atau kau ingin tetap disini dan membiarkan Okaa-san tahu?"

Tenn membelai sisi wajah Riku dengan pelan, Riku sendiri tidak merasakan kehangatan dari belaiannya.













Dia merasa Tenn sedang mengancamnya.

"Aku-"

Tenn kembali membujuk adiknya.

"Aku yang akan bicara pada Okaa-san, ya? Dengarkan Tenn-nii, kau tidak ingin membunuh anak ini kan? Kau tidak ingin Okaa-san sedih, jadi... Yang terbaik adalah kau ikut denganku,"

Riku tidak berani menatap Tenn, entah kenapa Tenn seperti menekannya.

Dia tidak ingin ibunya sedih, tapi dia tidak bisa menjadi pembunuh.




Bagaimanapun anak ini tidak berdosa, Riku juga tidak ingin menyakitinya.







"Akan.... Aku pikirkan,"

Tenn tersenyum senang, dia mencium dahi adik lelakinya.

"Tidur ya, ini sudah malam,"

Riku mengangguk.




Tenn mengusap lembut surai merah adiknya.















.













.











Jam 6 pagi

Tenn melihat ibunya sedang bersandar di dinding dapur saat dia akan mengambil air minum.

"Ohayou Okaa-san," dia menyapa.

Tidak dijawab, dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

Tenn mengulangi,"ohayou Okaa-san,"

"Wah! Ohayou, kau sudah bangun?"

Dia mendekati sang ibu.

"Ada apa? Apa... Sesuatu menganggu di pekerjaan mu?"

Ibunya memasang ekspresi lelah, dia menyelipkan rambutnnya ke belakang telinga,"bangunkan Riku, ada yang ingin kubicarakan,"

"Baiklah," dia segera kembali ke kamar untuk membangunkan adiknya.











.











Nyonya Nanase menatap kedua putranya, tidak ada bisa mengartikan ekspresi nya.

Terlalu dingin.

Riku merasakan firasat buruk, apakah ibunya tahu?

Dia melirik Tenn yang tampak tenang, seperti tidak ada masalah.

"Riku, aku ingin kau menjawab jujur,"

Kalimat itu seperti membuatnya semakin takut.

Nyonya Nanase menaruh sesuatu di atas meja.

Keduanya tahu betul apa itu.

Benda yang seharusnya sudah dibuang oleh Riku.













Testpack yang kemarin sudah dia pastikan berada di tempat sampah.













"Bisa jelaskan pada Okaa-san kenapa ini positif?"

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang