......
"Aku ini yang pertama atau yang kedua bagimu?"
Iori kebingungan,"apa maksudnya?"
"Bisa ulangi lagi?" Alpha itu ingin memastikan pendengarannya tidak salah.
"Aku ini yang pertama atau yang kedua bagimu?" Riku kembali mengulanginya.
Tangan Iori bergerak mengusap kepala omega nya, mengelus helaian rambut dengan lembut,"kamu satu-satunya untukku, mengapa bertanya lagi?"
Raut wajah Riku beeubah menjadi keraguan, bertanya kembali apakah dirinya salah menuduh alphanya tanpa bukti? Tetapi dirinya yakin saat itu tidak sedang mengigau.
Tangannya menggenggam tangan sang suami didepan dadanya, menarik napas sejenak sebelum kembali bicara.
"Aku... Aku melihat pesan masuk di ponselmu, mengucapkan kata-kata manis, apa- apa kamu menduakan aku?"
Reaksi Iori tidak seperti dugaannya, dia tidak terlihat terkejut atau gelagapan mendengar pertanyaan istrinya, malah dia menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, senyuman yang biasa dia berikan pada Riku setiap malam.
"Aku merasa kecewa kamu tidak mempercayai ku," Iori menghela napas, raut wajahnya kembali berubah, sorot matanya penuh kekecewaan.
Rasa bersalah seketika menghinggapi relung hati omega itu, melihat alpha nya sedih dan kecewa, dirinya kembali bertanya apakah yang dia lakukan ini salah?
Apa seharusnya dia tidak bertanya dan sebenarnya hanya kesalahpahaman?
"Io-"
"Apa kurangnya diriku?"
Izumi Riku tidak bisa menjawabnya, tidak ada satupun jawaban yang terlintas dari pertanyaan itu.
Alpha ini sudah terlalu baik, terlepas dari 'kecelakaan' dulu, mendapatinya kembali untuk menepati janji, sudah cukup baginya.
Bahkan dia tidak marah setelah tahu apa saja yang terjadi pada omeganya selama dia pergi, malah menenangkan dan mendukung, sementara dirinya...
Menuduh suaminya bermain api dibelakangnya.
Pantaskah?
"Ma-maaf, a-aku hanya bertanya," dia menggenggam tangan Iori lebih erat, membawa tangan itu ke dekat pipinya untuk merasakan suhu yang hangat dari sana.
Alpha yang lebih muda memeluknya, mengusap punggung omeganya dengan lembut,"Riku-san, mungkin saat itu kamu hanya mengantuk, beberapa rekan kerja ku memang terkadang mengirimkan pesan manis grup chat kami,"
Iori menciumi pipinya, satu tangannya mengusap sudut mata Riku yang hampir menetes. Setelah puas dia kembali mengendus leher omeganya, menghirup feromon manis dari sana yang selalu membuatnya candu, sesekali membisikkan kata-kata agar Riku tidak memikirkannya lagi, dan tentang betapa sedihnya dia saat dituduh tanpa bukti.
"Padahal aku kembali lebih cepat setelah membaca pesanmu tadi siang, kamu benar-benar membuatku sedih, apa yang kulakukan untukmu kurang?"
Riku merasa bisu mendengar itu, lidahnya kelu tidak sanggup menjawab.
"Maaf, aku- aku tidak bermaksud begitu,"
Dengan perlahan dia memeluk Iori, meremas baju belakang alpha itu untuk mempererat pelukan mereka, tak lama dia terisak pelan.
Apa aku salah? Aku membuatnya kebingungan hari ini, dia pulang lebih awal untuk mendapati tuduhan ku, apa- apa Iori marah? Bagaimana kalau dia meninggalkan aku?!
Apa... Apa dia akan meninggalkan aku?!
Iori- Iori tidak akan meninggalkan aku kan?!
Aku takut...
Pertanyaan berikutnya dari sang alpha justru membuatnya terdiam.
"Riku-san, apakah kamu yang justru menduakan aku selama ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With(out) You
Fanfiction"Maaf, aku tidak mungkin melakukannya! kalau kau mencari orang lain untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatan kotormu sendiri jangan padaku! Minggir!" "Tapi...." . SLAPP "AKU TIDAK MELAHIRKANMU UNTUK MENJADI PELACUR!!" "OKAA-SAN KETERLALUAN!!"...