Chapter 8

217 22 6
                                    









.













20.35








Riku melihat panggilan masuk di ponselnya, ibunya.

"Momo-san! Aku harus mengangkat panggilan!" Dia berjalan cepat menuju pintu belakang.






"Halo! Okaa-san! Bagaimana kabarmu?" Dia menyapa.

Terdengar suara lembut seorang wanita dewasa sebagai jawaban.

"RIKU! Ah, kejutan! Aku pulang lebih cepat! Pulanglah segera! Aku membawakan mu banyak oleh-oleh!"

Riku melotot, ibunya sudah pulang?!

'Gawat! Aku lupa membuang bekas testpack di kamar mandi tadi pagi!'

Untuk memastikan, setiap hari Tenn memberikan beberapa testpack untuk Riku dan berencana memeriksa ke dokter kandungan besok pagi.

Tapi Riku lupa membuangnya.

"Ah- Okaa-san pulang cepat ya! Baik baik! Tenn-nii juga menginap malam ini!"

"Benarkah?! Aku akan memasak lebih banyak untuk kita! Cepat pulang ya! Okaa-san merindukan kalian!"

Panggilan ditutup.

Riku berkeringat dingin.

"Gawat!!" Dia langsung menemui Momo untuk meminta izin pulang lebih awal.

"Ini agak mendesak... Tapi baiklah, aku dan Sougo bisa mengatasinya," Momo menyanggupi.

Setelah itu dia memberitahu Tenn, dan kakak kembarnya segera menyeretnya untuk pulang kerumah ibu mereka.

"What's wrong Mr. Momo?" Nagi bertanya, dia kembali lagi malam ini hanya sendirian tanpa Yamato.

Momo menggeleng cepat,"tidak ada! Ah! Selamat datang! Kau ingin apa?"

"Do you have a tea?" Nagi mengambil tempat kosong dekat jendela kaca.

"Tentu saja! Aku memiliki banyak varian teh!" Momo menunjukkan beberapa baris menu teh yang ada.














.











"Tadaima!" Keduanya mengucap bersamaan.

"Okaeri!" Suara seorang wanita menyahut dari dapur.

Tenn memberikan kode untuk Riku, untung saja dipahami.

Setelah itu dia langsung berlari menghambur ke pelukan ibunya.

"Okaa-san! Aku rindu Okaa-san!" Tenn memeluk erat wanita berusia 40 tahun itu. Riku diam-diam berlari ke kamar mandi untuk membuang testpack yang dia lupakan.

"Tenn! Lama tidak jumpa! Astaga kau jadi lebih tinggi dariku!" Nyonya Nanase mengukur perbandingan tinggi mereka.

Tenn tertawa,"tentu saja! Aku sudah bukan anak-anak!"

Omega wanita itu mencubit pipinya,"bagiku kau masih anak-anak tahu!"

Tenn meringis sedikit, tenaga ibunya cukup kuat.

"OKAA-SAN!" Riku memeluk ibunya dari belakang, beruntung Tenn berhasil menahan keduanya agar tidak terjatuh.

"Riku! Jangan mengagetkan ku!" Tangannya terulur kebelakang mengusap kepala putra bungsunya.

Riku tertawa pelan,"hahahaaha Tenn-nii kuat menahan kita!"

"Jangan mengandalkan Tenn terus!" Kali ini pipi Riku yang dicubit.










'Maaf Okaa-san.... Maaf.... Aku tidak sanggup memberitahumu sekarang,'

Riku merasa bersalah pada ibunya.




















'Kurasa aku akan mengaborsi anak ini saja, karena ternyata aku tidak sanggup melihat wajah sedih ibuku,'
















Tidak ada yang menyadari Tenn kehilangan senyumnya.

















.


















Dia menatap tajam pada wanita yang sudah melahirkannya itu.















'Ini akan menjadi berita baik untukmu kan Okaa-san? Karena kau akan segera memiliki cucu,'


















.




















Diam-diam dia menyeringai.














.












.












Hmnn~ adakah yang bisa menebak maksud mas Tenn di akhir?👀

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang