Chapter 32

155 18 23
                                    










......







Selama 2 bulan berikutnya Riku semakin menjadi-jadi, Yuki dan Momo hampir menyerah untuk membujuknya.

Beberapa kali dia mencoba bunuh diri dengan berbagai cara, tapi beruntungnya berhasil digagalkan.




Dan Tenn terpaksa membawanya ke tempat perawatan minggu lalu untuk mendapatkan pengawasan lebih, walaupun dia sendiri tidak sanggup membiarkan adiknya berada disana.

Akihiro dirawat oleh Minami, karena Tenn tidak bisa merawatnya sendirian.













Dan dia baru saja memberitahu Mitsuki hari ini, Akihiro tidak bisa dititipkan pada Mitsuki karena kedua orangtuanya belum diberitahu.











"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?!" Mitsuki memaki Tenn, dia berusaha memelankan suaranya agar tidak terdengar kedua orangtuanya.

"Aku baru ingat!" Tenn membela diri.

"Dasar kau ini! Ck- lalu bagaimana dengan Akihiro? Dia bersama Minami?"

"Tidak ada lagi yang bisa merawatnya,"

Mitsuki tidak menyadari ibunya mendekat, dia tidak memanggil putra sulungnya, hanya berjalan tanpa suara.

"Hah, kenapa tidak berikan padaku saja? Dengan senang hati aku merawat keponakan ku!" Dia berkata dengan nada senang.

Tenn tertawa sinis,"memangnya kedua orangtuamu tahu kalau mereka sudah memiliki cucu?"

Dan beta itu baru ingat kalau dia belum memberitahu kedua orangtuanya.

"Hahh, tidak sih. Ah, kalau begitu nanti siang aku akan mengunjunginya," dia mematikan panggilan.














"Apa maksudmu dengan cucu Mitsuki?"

Suara wanita dewasa itu membuatnya terkejut, dia berbalik dengan ekspresi takut.

"Okaa-san?!!" Mitsuki melotot.

Nyonya Izumi menatap tajam padanya,"apa- kau bicara apa Mitsuki?! Apa maksudnya?!"

Mitsuki tertawa hambar sambil menggaruk kepalanya,"ahahahaha! Itu- aku- temanku! Ya! Temanku! Dia sudah melahirkan! Aku sudah menganggapnya sebagai adikku! Makanya- aku-" dia menggantung kalimatnya saat melihat ekspresi ibunya.

"Aku tidak semudah itu dibodohi! Candaan seperti itu tidak akan kau gunakan "



Beta itu terdiam.





Nyonya Izumi memegangi kedua bahu Mitsuki,"katakan padaku, yang sebenarnya! Aku tidak tuli! Tidak mungkin candaan seperti itu! Kau- kau punya anak?!"

Mitsuki memucat,"bukan a- bukan! Bukan begitu! Okaa-san!"

"Lalu apa?!" Omega wanita itu mengguncang putranya.

Lelaki itu menengguk ludah, dia tidak tahu sanggup atau tidak untuk mengatakannya.

Lidahnya kelu, tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi setelah mendapati air mata menetes dari iris cerah itu.

Ibunya menangis.


"Katakan, kau punya anak? Kau menghamili siapa? Kau- uhhkhh Mitsuki, jujur padaku!"

Anak sulungnya membawanya duduk terlebih dulu, mengusap punggungnya untuk membuatnya lebih tenang.

"Maaf, kami... Menyembunyikan ini..."





Dia tidak tahu apakah dia sanggup mengatakannya.



Semua kata-kata yang sudah disusun.... Seketika hilang.




Memikirkan apa yang akan terjadi nanti pada Iori.






Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya?








Apakah..... Dia harus membuat adiknya dalam masalah?








Usapan di pipi yang terasa hangat dan lembut membuat pikirannya kembali.


Wanita itu menatapnya dengan tatapan lembut.

"Anakku, Okaa-san ingin kamu jujur,"




Mitsuki menggigit bibirnya begitu suara lembut menyapu pendengaran.









Dia..... Harus mengatakannya.









"Maaf Okaa-san.... Sebenarnya....







Kau sudah memiliki cucu berusia 2 bulan....









Dan....








Itu....










Lahir dari seorang omega lelaki.....


















Yang aku perkosa,"










......










Wahh... Semakin rumit~











With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang