***“Mami?”
Sosok wanita paruh baya di depan Ola sontak mengernyit bingung begitu mendengar sebutan itu.
“Sejak kapan kamu manggil mama dengan sebutan mami?”
“Mi, Ola kangen!” Tak menghiraukan ucapannya yang ambigu Ola malah menghamburkan pelukan hangatnya ke dekapan wanita di hadapannya yang ia sebut sebagai mami.
Mendapatkan perlakuan secara tiba-tiba membuat Qiana terkejut yang refleks melepaskan pelukan sepihak yang tak menyadari raut wajah Ola berubah.
“Mami ….”
“Saya nggak tahu lagi drama apa yang sedang kamu mainkan yang pasti jangan memalukan keluarga Bangsawan.” Hal itu berhasil membuat Ola terdiam cukup lama. “Satu lagi, mending kamu ubah sebutan mami itu. Saya nggak suka. Serasa kamu ini anak manja.”
Usai mengatakan hal menyakitkan itu Qiana hendak berbalik, tetapi urung begitu mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Ola.
“Mami, kok gitu? Ola ada salah sama Mami?” tanya Ola dengan mata berkaca-kaca yang sarat akan kesedihan.
Sempat Qiana terlena melihat tatapan sendu itu, tetapi tak berlangsung lama begitu Qiana memutuskan kontak mata dengan putrinya sendiri.
“Semakin hari sikapmu semakin aneh,” ucapnya sebelum benar-benar pergi.
“Mami mau ke mana?”
“Saya ke sini cuman mau mengambil berkas yang tertinggal.”
Setelahnya tak ada lagi pembicaraan antara Ola dan Qiana begitu punggung wanita paruh baya itu sudah tak terlihat lagi. Ucapan maminya barusan terus berputar-putar di benaknya layaknya sebuah kaset rusak membuat Ola beberapa kali menahan tangisannya agar tak pecah meski tak berhasil karena buktinya, kini bulir-bulir air mata sudah membasahi kedua pipi gadis itu.
Ini pertama kali dalam seumur hidup maminya memperlakukannya seperti barusan bahkan maminya saja dulu tak pernah menyakitinya dengan kata ataupun mencampakkan keberadaannya. Tiba-tiba saja sudah berubah menjadi sosok yang tidak ia kenali.
Mana tatapan teduh penuh kasih sayang yang tertuju kepadanya? Yang tadi ia lihat hanya sebuah tatapan dingin.
Puas menumpahkan air mata perlahan Ola menghapus air matanya yang sialnya masih saja turun tanpa ia minta. Entah mengapa ia merasa bahwa dunia yang sekarang dirinya injak bukan dunianya. Dunianya dengan ini berbeda dengan dunianya dulu. Namun, kembali lagi semuanya sama. Orang-orangnya sama, hanya saja suasana dan keadaanya saja yang berbeda. Ia semakin ragu apakah benar ia berada di dunianya? Mana mungkin orang-orang berubah dalam waktu sekejap mata.
***
“Bi, dulu sikap Ola kayak gimana?”
Sang anak majikan yang tiba-tiba saja bertanya seperti itu tentu saja berhasil membuat bi Siang tersentak bahkan hampir saja menjatuhkan air di tangannya itu jika tak ada Nana yang menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Teen FictionHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...