Tes ... Aku kembali💃Maaf baru up. Jangan lupa tinggalkan jejak. Mohon diberikan kritik dan juga saran. Typo? Komen🌻
***
Semuanya perlahan membubarkan diri setelah kedua tokoh utama mulai melangkah meninggalkan sang antagonis yang terdiam di tempatnya dengan tatapan sulit dibaca yang senantiasa mengarah ke depan.
Tak pernah Ola bayangkan jika Esa segitu membencinya bahkan berani mengucapkan hal paling kasar yang melibatkan kedua orang tuanya. Hatinya terasa sesak saat melihat secara langsung sosok yang ia cintai malah memilih orang lain, bahkan tak mempercayai dirinya. Sungguh menyakitkan sekali. Rasa-rasanya Ola ingin mengeluarkan semua yang dirasakan, tetapi lagi-lagi ia hanya bisa menahannya seorang diri.
“Olaaaa.” Dari arah tak jauh tampak Nayya berlari dengan raut wajah paniknya itu menuju ke arah Ola. “Lo nggak apa-apa, ‘kan? Gue dengar lo ….”
“Gue nggak apa-apa,” sela Ola cepat sejenak menoleh menatap Nayya dengan melemparkan senyum kecilnya.
Melihat senyum itu tentu saja Nayya tahu maknanya bahwa sebenarnya Ola sedang tak baik-baik saja.
“Gue nggak terima Esa nuduh lo! Jelas-jelas lo nggak salah.” Kini, Nayya menggantikan raut wajah penuh amarahnya itu. Tak terima saja sahabatnya disakiti.
Baru saja hendak melangkah mencari sosok Esa, tiba-tiba saja Ola terlebih dahulu mencegah Nayya disertai gelengan kepala seolah-olah memberitahukan untuk tidak pergi.
“La, jangan karena lo cinta sama dia sampai-sampai lo nyakitin diri sendiri. Dia salah seharusnya lo lawan bukan malah lindungi. Lo sama aja kayak orang bodoh!” marah Nayya dengan napas memburunya yang sayangnya Ola hanya menganggapnya hanya angin lalu saja buktinya gadis itu sekarang mulai melangkah pelan menyisakan Nayya yang terbengong.
Melihatnya berhasil membuat Nayya berdecak kesal seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sahabatnya itu akan terlihat bodoh jika sudah menyangkut tentang perasaan dan hal itu membuatnya hampir gila.
“Olaaaa!”
Ola terus saja melangkah tanpa arah tujuan dengan tatapan kosongnya itu. Sesekali ia menatap ke bawah melihat kedua sepatunya yang beradu dengan lantai koridor menghasilkan sebuah suara. Langkahnya sempat terhenti di depan kelasnya, tetapi hanya sejenak saja karena Ola kembali melanjutkan langkahnya lagi.
Ia takut jika masuk ke dalam akan melihat Esa lagi mengingat cowok itu satu kelasnya. Ia masih tak sanggup untuk sekadar menatapnya mengingat kejadian tadi masih membekas di ingatannya bahkan mungkin ia tidak akan pernah melupakan kejadian seperti itu.
Perlahan Ola menuruni undakan anak tangga satu persatu hingga langkahnya terhenti tepat anak tangga ketiga terakhir. Beberapa murid sempat memerhatikan Ola, tetapi gadis itu seolah-olah bodoamat dan lebih memilih mendaratkan bokongnya di sana.
Tak pernah ia bayangkan bahwa hidupnya akan serumit ini padahal dulu semuanya baik-baik saja bahkan berjalan dengan lancar. Entah apa salahnya sehingga ia harus menerima semuanya. Beberapa kali Ola menghela napas kasarnya yang kini mulai menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya dengan memeluk kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Novela JuvenilHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...