Hari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang.
Keluarga yang me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Melihat situs internet yang sudah banyak menerbitkan kasus kecelakaan tunggal yang dialami supir taksi yang notabenenya adalah saksi kedua.
Ola benar-benar tak menyangka bahwa kemarin itu, taksi yang ia naikin adalah saksi yang dimaksud dan pengendara hitam itu? Ia sangat yakin dia pelakunya, tetapi bukan dirinya yang diincar melainkan si supir.
Tok ... tok ... tok
Kini Ola dan Esa sedang berada di rumah kecil sederhana yang merupakan rumah korban. Sesaat tidak ada yang membuka membuat Esa ingin kembali mengetuk pintu jika saja tak mendengar suara kenop pintu yang diputar.
“Pergi kalian!”
Belum sempat mengucapkan apapun wanita paruh baya di hadapan mereka sudah tampak marah-marah saja.
“Suami saya sudah tidak ada. Lalu, buat apa kalian ke sini?!”
Ternyata istri dari korban membuat Esa beberapa kali berusaha menenangkan wanita itu, berharap luluh yang sayanganya hanya sia-sia karena wanita paruh baya itu malah menutup kembali pintu dengan membantingnya dengan keras.
“Istrinya kayak benci banget sama kita, Sa,” ucap Ola yang menyaksikan semuanya sedari tadi terdiam.
Esa menghela napas berat. Mereka sangat sulit diminta keterangan apalagi sekarang yang notabenenya si korban sudah tewas.
Keduanya baru saja berbalik untuk kembali saja, tetapi urung begitu mendengar suara dari belakang yang tertuju kepadanya.
“Maaf, Mas, Mbak sebelumnya dengan sikap ibu saya. Dia memang sensitif akhir-akhir ini semenjak kematian bapak saya.” Sosok laki-laki tampak di depan kedua mata mereka yang merupakan anak dari korban. “Oh, ya saya hanya ingin memberikan kalian ini. Itu, berada di dompet bapak saya yang kebetulan tertinggal di rumah pas kejadian itu.”
Esa langsung mengambil sebuah selembar kertas kecil yang disodorkan oleh laki-laki itu.
2 dosa yang tak termaafkan:
1. Pengkhianatan 2. Pembunuhan
“Udah kesekian kalinya tulisan ini selalu muncul setiap ada korban.”
Sesaat Ola terdiam memerhatikan tulisan itu. “Terus, apa maksud pelaku ngasih ini kesemua korban?” tanyanya yang membuat Esa juga masih belum mengetahuinya.
***
Sesekali Ola mengecek jam di ponselnya yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh dan tinggal dua menit lagi gerbang akan ditutup, tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Nayya.
Sedari tadi ia sudah berusaha menghubungi sahabatnya itu yang sayanganya tak diangkat sama sekali. Jika pun tak masuk hari ini Nayya pasti akan memberikan dirinya kabar.