Pict hanya pemanis 🌻
***
Edgar Danendra P.
Sepupu Via yang tak asing lagi bagi Ola karena dulu sering kali datang berkunjung ke rumah Via. Hal itu membuat Ola tak menyangka cowok itu menyebutnya jahat.
“Lo mending diam aja. Nggak usah ikut campur!” tekan Nayya yang tiba-tiba saja raut wajah gadis itu berubah tak bersahabat.
“Kenapa? Emang kenyataan kayak gitu, ‘kan?” Dengan wajah pura-pura tak tahunya disertai kedua alis yang terangkat membuat amarah Nayya semakin mendidih melihat cowok itu.
“Lebih baik lo pergi atau perlu gue seret?”
Ola yang berada di tengah-tengah layaknya seorang anak kecil tak tahu apa-apa hanya bisa diam menyaksikan dan merasakan atmosfer di sekitarnya berubah tak enak lebih-lebih tatapan permusuhan yang dilemparkan keduanya tampak jelas sekali.
“UKS tempat umum. Jadi, terserah gue mau di mana. Lagi pula gue cuman mau ambil obat merah.”
Mengabaikan keberadaan keduanya Edgar lebih memilih melangkah mendekati lemari kecil berbentuk tambah itu. Tak memerlukan waktu lama tangannya meraih sekotak P3K.
“Gue cuman mau peringati ke teman lo itu buat jangan ganggu Via lagi. Ini kesekian kalinya gue peringati dia. Sampai gue tau dia kembali nyakitin Via, gue nggak akan tinggal diam,” ucapnya yang menatap Nayya meski semua ucapannya hanya tertuju kepada Ola.
Cowok itu sempat menatap Ola tajam hingga berlalu keluar dari UKS meninggalkan sejuta keheningan yang melanda antara Ola dan Nayya.
“La, nggak usah dipikirin. Lagian dia emang orangnya kayak gitu,” ujar Nayya yang tak mendapatkan respons apapun dari sang empunya nama.
Entah dunia apa yang dirinya injak sekarang yang jelas ia sudah keluar dari zona nyaman karena agaknya hampir semua orang membenci dan menjauhinya karena ia seorang antagonis?
***
Tak disangka-sangka dirinya malah harus di keluarkan dari kelas disaat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pasalnya sepanjang pelajaran dirinya tak terlalu fokus hingga ketahuan oleh guru galak dan berakhirlah dirinya di keluarkan yang untungnya Nayya tak ikut juga meski tadi sempat memaksa, tetapi ia larang. Memang bagus memiliki sahabat seperti itu, tetapi lama-kelamaan Ola merasa risi karena belum terbiasa.
Huft. Langkah Ola terhenti dengan napas sudah sekian kalinya ia embuskan dengan kasar. Begitu banyak teka-teki yang berusaha dirinya pecahkan. Tentang bagaimana dunia ini bisa sama dengan dunianya. Tentang bagaimana dirinya bisa terlempar di tempat mengerikan ini. Tak disangka-sangka dirinya malah harus terjebak di sini padahal seingatnya ia tak melakukan hal yang aneh.
Siapa seseorang yang bisa menjawab segala kebingunannya ini? Memikirkannya saja sudah membuatnya hampir gila.
Entah setan apa yang merasuki Ola yang tiba-tiba saja memilih berjalan di tengah-tengah lapangan disaat begitu banyak aktivitas murid-murid yang sedang berolahraga padahal bisa-bisa saja gadis itu tetap lurus berjalan di koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Genç KurguHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...