Part 31 Mencurigakan

219 11 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“Ngapain si antagonis ke sini?”

Baru saja Ola memasuki basecamp Bruiser, tiba-tiba saja suara itu muncul menyapa indra pendengarannya yang ternyata biang keroknya adalah Nabil.

“Eh, ternyata ada Bu negara juga,” celetuk Nabil melihat Via baru masuk.

Bu negara? Ola seketika memutar bola matanya malas. Ia datang saja sudah mendapatkan sentimen, sedangkan Via baru masuk sudah mendapatkan sambutan hangat. Benar-benar pilih kasih!

Meski seperti itu Ola tak memedulikan dan lebih memilih mengikuti Esa yang lebih dulu melangkah ke arah pojok ruangan yang terdapat kursi rotan.

“Gam, bisa videoin gue sebentar?”

Mendengar namanya dipanggil membuat Agam sontak menyudahi main gamenya. Jika sudah Esa berbicara maka tak ada kata bantahan darinya.

Esa dan Ola mulai duduk di kursi rotan, tetapi tidak dengan Via yang sedari tadi berdiri terdiam.

“Vi, ayo!”

Suara dari Esa mampu membuyarkan lamunan Via buktinya gadis itu menurut lalu duduk di sebelah kiri Esa, sedangkan Ola di sebelah kanan Esa jadi Esa yang berada di tengah-tengah keduanya.

Tampak Via meremas kedua tangannya dengan kuat-kuat. Jujur saja ia tak terima dan tak mau melakukan klarifikasi jika saja bukan demi Esa. Ia rela melakukan apapun agar cowok itu tidak memutuskannya, ia takut sendirian lagi.

“Oke, siap?” Agam mulai menghitung mundur hingga tangannya memberikan sebuah isyarat untuk memulai.

“Hai, guys gue di sini mau klarifikasi mengenai isi diary Ola yang bocor.”

Tak menunggu lama akhirnya video rekaman sudah selesai. Ola bisa bernapas lega sekarang setidaknya ia tidak ditatap penuh benci lagi di sekolah. Ia bisa berjalan santai dan nyaman.

“La, video ini bakal gue kasih ke anak jurnalistik biar langsung disebar ke media sosial sekolah,” ucap Esa yang mendapatkan anggukan dari Ola.

Thanks.” Ola hanya memberikan senyum tipis sebelum mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja mini.

“Vi.”

Merasa namanya dipanggil membuat Via menoleh menatap Esa yang memberikan sebuah isyarat kepadanya yang sesekali melirik Ola membuat Via yang mengerti akan isyarat lagi-lagi berusaha untuk sabar.

Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sebelum akhirnya membuka suara, “Fayola.” Merasa namanya dipanggil membuat Ola menoleh menatap Via. “Ak–u minta maaf.”

Setelahnya Via membuang muka dan berjalan duluan. Tentu saja hal itu membuat Ola mengernyit. Via itu niat untuk minta maaf atau tidak? Tiba-tiba saja pergi.

“La, sorry, atas sikap Via.” Karena merasa tak enak Esa kembali meminta maaf atas nama Via.

Tanpa mengucapkan apapun Ola memilih untuk pergi saja. Ia tak butuh maaf dari Esa, ia hanya butuh maaf tulus dari Via, tetapi agaknya Via sama sekali tidak mengakui kesalahannya itu. Seperti terpaksa melakukannya demi Esa.

Bukan Antagonis! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang