Hari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang.
Keluarga yang me...
Halo, hai aku mulai update lagi. Untuk jadwal aku nggak tau kapan, tapi aku usahain buat up setiap hari atau jika ada waktu luang. Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Kantin begitu ramai dipenuhi lautan manusia yang sedang duduk secara berkelompok dengan menikmati makan siang mereka masing-masing begitupun yang dilakukan oleh keempat orang yang duduk di pojok kiri sambil sesekali diselingi dengan obrolan ringan.
“Gelang baru lagi, Sa?” Malik membuka pembicaraan begitu tanpa sengaja menatap pergelangan tangan kiri Esa. “Mana sama lagi kayak punya Ola,” celetuknya yang berhasil membuat Ola sontak menoleh memerhatikan gelang hitam Esa yang berbandul love terkunci persis yang ia pakai.
“Cie, couple, nih!”
Siulan dari Beben entah mengapa membuat Ola tiba-tiba saja menjadi salah tingkah.
“O–h, ini gue baru beli tadi pagi. Kalau punyanya Ola gue ngasihnya kemarin. Jadi, buka gelang couple. Cuman gelang biasa,” sanggah Esa dengan santai tanpa melihat raut wajah Ola yang tiba-tiba saja merasa sedih.
Gelang biasa? Entah mengapa mendengarnya membuat dada Ola terasa sesak. Tak tahan lagi ia langsung saja beranjak dari duduknya sehingga menimbulkan suara kursi yang terdorong.
“Mau ke mana, La?” Esa bertanya.
“Ak–u ke toilet bentar, ya.” Tanpa menunggu mereka membuka suara Ola bergegas keluar dari kantin.
Ia sudah membohongi mereka bertiga, buktinya ia lebih memilih berbelok ke arah kiri menuju ke perpustakaan daripada ke toilet. Itu, hanya alibinya saja. Entah mengapa ia merasa tak terima dengan ucapan Esa barusan. Makanya ia putuskan untuk menenangkan diri. Mungkin saja ia sedang banyak pikiran jadinya malah melampiaskannya kepada Esa.
Jika sedang banyak pikiran biasanya ia lebih suka membaca buku pelajaran berbau hitung-hitungan karena dengan begitu masalahnya dapat ia ahlikan untuk memahami rumus meski hanya sebentar, tetapi setidaknya pikirannya dapat tenang.
Baru saja hendak mengambil buku di rak kedua sebelah kanan, tiba-tiba saja sudah ada tangan yang mendahuluinya.
“Ini buat kamu aja.”
Dapat Ola liat sosok siswi dengan perawakan yang hampir menyamai tingginya dengan rambut sebahu dan jangan lupakan senyum manis nan ramahnya itu. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati, Ola sebagai kaum hawa saja sempat terpesona.
“Eh, nggak usah. Kamu yang duluan ambil. Jadi, buat kamu aja,” tolak Ola tak kalah ramahnya.
Namun, agaknya gadis di depannya itu tak mau mengalah buktinya buku bersampul putih dengan tulisan 'Matematika Ilmu Menyenangkan' sudah berada di tangan Ola.