Jangan lupa tinggalkan jejak, vote and coment serta share ke sesama penyuka wattpad 🥳
***
14 Maret 2019
Dear diary ....
Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah yang baru. Rasanya nggak enak banget karena nggak punya teman. Nggak ada yang mau kenalan sama aku terlebih dahulu. Mereka semua asyik dengan dunianya masing-masing.Karena kesepian aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan mereka, tapi sayangnya nggak ada satupun di antara mereka yang menanggapiku bahkan mereka terang-terangan menjauhiku. Ini bukan kali pertama aku diperlakukan seperti itu. Dulu juga di sekolah lama aku dijauhi, diejek, dan nggak dianggap sama sekali.
Kenapa mereka sejahat itu sama aku? Apa salahku? Apa karena penampilanku yang ... cupu? Atau karena aku dilahirkan untuk sendirian?
15 Maret 2019
Dear diary ....
Aaaa! Aku senang banget karena hari ini aku dapat teman baru. Dia orangnya baik banget. Dia orang pertama ngajak aku kenalan, dia orang pertama kali yang tersenyum ke aku, dia orang pertama kali ngajakin aku ke kantin, dan dia orang pertama yang belain aku.Namanya Esa Shadiq Septa. Seperti namanya, dia baik, ramah, ganteng pula. Aku nggak nyangka bakal ketemu dia untuk pertama kalinya di perpustakaan.
***
Sama seperti di sekolah dulu Ola banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia hanya akan beranjak jika bel masuk berbunyi atau mau ke toilet. Ia lebih suka suasana sepi yang menenangkan karena hanya itulah ia merasa tidak tertekan dengan tatapan mereka yang menyiratkan sebuah ejekan.
Membaca buku pelajaran adalah makanan sehari-harinya baik di sekolah maupun di rumah maka dari itu ia mencuri kesempatan untuk mengambil novel yang berbau romansa, itung-itung refreshing otak. Di sini tidak ada yang akan melarangnya atau memarahinya, beda jika di rumah. Mamanya selalu menuntutnya untuk belajar, belajar, dan belajar.
“Gila lo, Sa masa kaburnya ke perpustakaan?”
Suara bising yang berada di seberang meja membuat Ola sempat mengintip dari sela-sela bukunya melihat tiga siswa sedang terduduk dengan wajah penuh bulir keringat.
“Mau gimana lagi? Cuman di sini tempat yang aman buat kita. Bu Ira nggak bakal tau kalau ternyata kita di sini.” Sosok yang dipanggil 'Sa' menyahut dengan mengunyah permen karet.
“Bagus juga ide lo.” Cowok berambut cokelat menimpali.
Tak mau terlalu ikut campur Ola lebih memilih mengabaikannya dan lanjut kembali membaca dengan sesekali memperbaiki letak kacamatanya yang beberapa kali merosot turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Teen FictionHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...