Part 34 Ada Apa dengan Keen?

201 14 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekarang ini Ola berada di kamarnya sambil mondar-mandir dengan perasaan takut. Tak urung ia mengigit ujung kukunya yang terlihat bersih itu. Satu-persatu saksi mulai tumbang dan apakah ia selanjutnya?

Tak mau berpikir yang tidak-tidak Ola memutuskan untuk menelepon omnya. Satu kali tidak ada jawaban dari sana membuat Ola kembali menghubungi omnya lagi berharap kali ini diangkat.

Di sisi lain tampak kantor polisi sedang disibukkan dengan banyak kasus terutama kasus pembunuhan hutan di Blora yang malah membuat kasusnya makin panjang begitu para saksi ditemukan tak bernyawa.

Esa yang berusaha menenangkan dirinya di salah satu kursi tunggu, tiba-tiba saja mendengar suara ponsel yang berbunyi tak jauh darinya.

Ponsel Pram berbunyi. Ia berniat untuk memberikan kepada pria paruh baya itu, tetapi agaknya Pram sibuk membuat Esa memutuskan untuk mengangkatnya.

Belum sempat menggeser telepon bewarna hijau ia malah tak menyangka nama si penelepon yang tertera di sana.

'Halo, Om. Om, Ola ....'

Belum sempat Esa mendengar suara lagi, tiba-tiba saja Pram datang membuatnya memberikan ponsel pria itu.

'Iya, Ola. Ada apa, Sayang?'

Esa sempat mendengar kata 'sayang' yang keluar dari mulut Pram sebelum pria itu berjalan menjauh.

'Ola udah dengar berita itu. Ola takut, Om ....'

Terdengar suara gemetar dari seberang sana membuat Pram tentu saja tidak bisa tenang juga jika keponakannya ikut terlibat dalam kasus berbahaya ini.

'Kamu tenang aja. Om akan mengirimkan beberapa penjagaan buat kamu.'

'Nggak usah, Om. Ola nggak suka diawasi. Pasti bakal jadi pusat perhatian dan ganggu tetangga di sini.'

Jika sudah seperti ini Pram jadi bingung sendiri dibuatnya. Tanpa sengaja ia menoleh menatap Esa yang berdiri dengan menatapnya juga. Hal itu membuatnya memiliki sebuah ide.

'Kalau begitu om suruh satu orang kepercayaan om buat jaga kamu dari jauh. Bagaimana? Ini juga demi keselamatan kamu, Ola. Andai om nggak sibuk mungkin om yang akan langsung menjaga kamu.'

Karena merasa tidak enak akhirnya Ola menyetujui hal tersebut. Setelah empat menit berbicara lewat telepon akhirnya panggilan diakhiri.

“Esa, saya boleh minta tolong?”

“Minta tolong apa, Om?”

Sebenarnya ia tak enak meminta tolong kepada Esa, tetapi ia lebih tidak tenang jika pelakunya masih berkeliaran di luar sana. Kapan saja sosok itu bisa menangkap keponakannya.

“Saya minta kamu jagain keponakan saya. Sebenarnya saksi yang melihat pelaku itu adalah keponakan saya makanya saya nggak mau dia terlibat dalam kasus ini, tapi karena dia melihat saksi terus-menerus tewas dia menjadi takut dan saya minta tolong sekali sama kamu untuk menjaga keponakan saya dari jauh. Hanya untuk beberapa hari saja sebelum semuanya mereda.”

Bukan Antagonis! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang