***
“Nayy, jangan asal nuduh,” ucap Ola berusaha menenangkan Nayya yang agaknya emosi. Seharusnya ia yang emosi, tetapi malah sahabatnya.
“Gue nggak asal nuduh. Dia yang terakhir megang diary lo. Jelas-jelas dia pelakunya,” tunjuk Nayya.
“Eh, lo! Jangan asal nuduh, ya. Emang Via yang terakhir megang, tapi dia sama sekali nggak buka, tuh buku.” Tiba-tiba Shabita datang semakin membuat suasana riuh.
Kini mereka sudah seperti dijadikan bahan tontonan oleh murid-murid.
“Oh, atau lo yang bocorin semuanya? Kan lo yang nemuin.” Kini Nayya berganti menatap Shabita penuh permusuhan.
Tentu saja Shabita tak tinggal diam. Ia membalas tatapan Nayya tak kalah tajam. Jika Nayya dan Shabita dipertemukan maka siap-siap saja peran dunia akan segera terjadi.
“Ta, udah. Nggak enak diliatin,” bisik Via berusaha menarik Shabita.
“Nggak bisa, Vi. Enak aja dia nuduh lo bahkan juga nuduh gue.”
“Terserah kalian aja.” Ola tiba-tiba saja berlalu pergi.
Jujur saja ia begitu pusing memikirkan semuanya ditambah lagi melihat kelakuan Nayya dan Shabita membuatnya semakin pusing. Jadi, biarkan saja mereka. Ia tak akan peduli.
“La, Ola!” teriak Nayya yang sayangnya tak mendapatkan respons apapun karena buktinya Ola tetap berjalan menjauh. Sejenak ia menatap Shabita dengan memberikan ancaman, “Awas aja lo!”
Setelahnya ia berlari menyusul Ola yang ternyata membawanya ke UKS. Sahabatnya itu terlihat berdiam diri di salah satu ranjang UKS membuatnya menghela napas panjang merasa kasihan dengan masalah yang sedang menimpa Ola.
“La.”
“Please tinggalin gue sendiri,” kata Ola yang masih membelakangi Nayya.
Nayya bersiap membuka suara jika saja suara toa tidak hadir memenuhi ruang UKS.
“Ola, lo nggak pa-pa, 'kan?! Ada yang luka nggak?! Atau perlu ke rumah sakit?!”
Nabil datang dengan wajah super-duper paniknya membuat Nayya yang melihat itu bergegas menghampiri Nabil.
“Eh, cowok bencong mending lo keluar dari UKS!” usirnya.
“Apa lo bilang cowok bencong?” Kini mata Nabil sudah menyala-nyala siap untuk memakan Nayya.
“Emangnya kenapa? Lo memang cowok bencong,” sahut Nayya santai dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada seolah-olah menantang Nabil.
“Lo tuh, ya!” Nabil bersiap untuk merobek-robek mulutnya Nayya. “Untung lo cewek.”
“Kalian berdua bisa nggak diam?”
Pertengkaran mereka terhenti begitu Ola kembali bersuara.
“Ola, lo benar-benar nggak pa-pa, 'kan?” tanya Nabil sekali lagi yang mendapatkan respons dari Nayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Teen FictionHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...