Tes ... Halo semuanya! Udah lama nggak mampir ke sini dan akhirnya aku kembali bangkit lagi setelah lama hiatus🥳gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat, ya🫂
Kali ini aku membawa cerita baru dengan genre yang masih sama. Semoga kalian suka, ya dan jangan bosan-bosan baca. Buat pembaca yang mengikuti cerita pertamaku sampai sampai sekarang aku ucapkan terima kasih banyak. Tanpa kalian aku bukan apa-apa ❣️
Untuk mengobati rasa rindu aku up dua part kali ini✨
***“Ini buat lo yang, sok kecentilan.”
Sekali lagi sebuah air mengguyur tubuh sosok gadis yang sedang terduduk mengenaskan di atas tanah. Sedari tadi tangisannya sudah pecah menerima perlakuan keji dari beberapa teman sekolahnya yang memang sering mem-bully nya.
“Dengerin gue.”
Sosok yang begitu mencolok di antara mereka, tiba-tiba saja menarik paksa rambut sosok yang sedang di bully dengan begitu kasar tanpa memedulikan rintihan kesakitan yang dialami sang empunya.
“Lo itu cuman parasit. Nggak layak ada di sini.” Sekali lagi sosok itu membuka suara. “Lo sampah yang nggak ada gunanya,” bisiknya tepat di telinga gadis yang di-bully nya.
Tak sampai di situ saja sosok itu malah semakin gencar menarik rambut gadis yang di-bully nya tanpa ampun bahkan beberapa rambutnya mulai rontok.
“L–epas.” Akhirnya gadis itu mulai membuka suara setelah dari tadi hanya diam tak melawan.
“Apa kata lo?” Sosok itu berpura-pura mendekatkan diri lagi seolah-olah tak mendengar. “Lepas?” beonya tersenyum sinis.
Beberapa menit terjadi keheningan hingga sosok itu yang diduga sebagai ketuanya tiba-tiba saja memberikan sebuah kode kepada temannya yang langsung dituruti dengan mengeluarkan sebuah benda tajam yang sedari tadi tersimpan di tasnya.
Sebuah senyuman mengerikan dari sosok itu terbit begitu menerima pisau yang langsung diarahkannya kepada gadis di depannya itu yang, sok lemah.
“Lo tau ini, ‘kan?” tanyanya memperlihatkan betapa tajamnya pisau di tangannya itu sesekali menempelkan benda itu ke wajah gadis yang begitu dirinya benci.
Sontak gadis di depannya itu membulatkan mata berusaha untuk menjauh meski tak berhasil mengingat dia tak sendirian, tetapi bersama para anggotanya. Ia menggelengkan kepala penuh derai air mata seolah-olah mengatakan jangan. Mulutnya saja terasa keluh hanya sekadar mengeluarkan sepatah kata.
Melihat lawannya yang ketakutan tentu saja sosok itu semakin melebarkan senyumannya. “Nggak ada yang bisa selamat dari gue,” desisnya.
Perlahan pisau itu mulai mendekati wajah mulus gadis yang menyedihkan itu yang beberapa kali meronta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Novela JuvenilHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...