Aku up! Nggak tahan jari pencet tombol publikasi soalnya udah lama ke simpen di draf. Jadi, yaudah aku up sekarang ajalah, heheh.
***
Hari pertama masuk kampus tidaklah buruk. Ola bersiap-siap berangkat ke kampus dengan pakaian sudah rapi. Begitu menatap kalung di lehernya itu membuat Ola tersenyum kecil.
“Hai, Keen,” sapanya yang anehnya kalung itu mengeluarkan cahaya berkedip sekali.
Itu, bukanlah hal yang mengejutkan bagi Ola. Setiap ia merindukan Keen bahkan menyapa cowok itu, kalung di lehernya selalu berkedip seolah-olah Keen ada. Iya, cowok itu memang tidak berbohong dengan ucapannya dahulu.
“Kalau lo kangen sama gue. Lo bisa liat kalung itu. Kalung itu berharga buat gue. Jadi, setiap lo kangen sama gue kalung itu akan mengeluarkan sinarnya buat lo kembali tersenyum. Anggap aja kalung itu adalah gue.”
Keen memang masih ada. Dia dan segala kenangannya akan terus Ola simpan di dalam hatinya sampai kapan pun.
“Ola, Sayang turun makan!”
Teriakan dari mami tercintanya membuat Ola bergegas turun ke bawah melihat maminya yang begitu sibuk menyiapkan hidangan di atas meja.
Sejak tiga bulan lalu maminya memilih untuk resign di tempat kerjanya padahal maminya itu sangat mencintainya pekerjaannya, tetapi sang mami dengan senyuman tipis menjawab,
“Mama udah capek. Udah saatnya mama istirahat. Lagi pula seharusnya mama fokus ke anak-anak mama. Meski terlambat, tapi mama akan mengusahakan yang terbaik.”
“Pagi, Mamiku tersayang,” sapa Ola mencium sebelah pipi Qiana.
“Pagi, Sayang. Ayo, duduk! Mama udah nyiapin kamu nasi goreng ala mama penuh cinta.”
Dengan ceria Ola menarik salah satu kursi lalu mendaratkan bokongnya menatap kursi papinya dan kedua abang twinsnya yang masih kosong.
“Mi, papi sama abang-abang ke mana?”
“Biasa. Papi udah berangkat duluan soalnya ada meeting. Kedua abang kamu sibuk nyiapin skripsi jadi semalam nggak pulang.”
Begitulah kesibukan keluarganya meski seperti itu Ola tetap menikmatinya karena mereka masih tetap meluangkan waktu.
Usai sarapan dan berpamitan kepada Qiana, Ola pun mengendarai mobil merah kesayangannya membelah jalanan yang pagi ini lumayan padat.
Sesampainya di pelataran kampus ia keluar tak lupa membawa lima buku sekaligus yang dirinya beli kemarin. Hari pertama masuk tentu harus terlihat seperti anak rajin.Baru saja hendak melangkah, tiba-tiba saja sudah ditabrak orang. Bukannya minta maaf, sosok itu malah pergi begitu saja.
Tak terlalu mempermasalahkan Ola berjongkok mengambil kelima buku paketnya saat akan mengambil buku yang terakhir ada sebuah tangan yang terjulur duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Teen FictionHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...