Part 28 Pembunuhan

222 12 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ola yang baru saja selesai dari toilet dibuat heran dengan keadaan sekitarnya. Pasalnya semua orang keluar bahkan para guru pun ikut serta membuatnya semakin penasaran dengan hal yang terjadi di depan sana.

Ia perlahan melangkah mendekati kerumunan itu, dan tanpa sengaja mendengar ucapan salah satu siswa yang berada di sebelahnya.

“Esa ditangkap polisi, kok bisa?”

Hal itulah terakhir kali ia dengar sebelum akhirnya memilih berlari semakin depan hingga ia dapat melihat dengan jelas Esa yang keluar kelas dengan dua polisi menahan cowok itu.

“In–i ada apa?” tanyanya dengan panik.

“Ola!”

“Nayy, sebenarnya apa yang terjadi?” tanyanya kepada Nayya yang baru saja tiba.

“Gue juga nggak tau, La tiba-tiba aja polisi datang dan langsung nangkap Esa.”

Ola semakin khawatir dibuatnya begitu melihat Esa sudah dimasukkan ke dalam mobil polisi.

“Nayy, kita harus ikutin mereka,” ucapnya tidak bisa berpikir lagi begitu melihat Esa yang ditangkap polisi.

“Tapi, La ....”

Ola memegang kedua tangan sahabatnya itu dengan mata penuh permohonan. “Please. Gue takut terjadi sesuatu sama Esa.”

Karena pada dasarnya Nayya tak tega dengan Ola akhirnya ia mengangguk. “Tapi, harus izin dulu ke guru piket.”

***

“Saudara Esa apa benar almarhum terakhir bertemu dengan Anda?”

Sekarang ini Esa sedang berada di ruang interogasi dengan menjawab segala pertanyaan yang dilemparkan kepadanya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

“Malam itu saya tidak bertemu dengan Irfan, Pak.”

21.16
Rab 14 Sep

Melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul sembilan lewat membuat Esa bergegas mengambil jaket berserta kunci motornya.

Namun, belum sempat beranjak dari kamarnya tiba-tiba saja sebuah bunyi notifikasi terdengar membuatnya merogoh saku celananya mengira bahwa pesan itu berasal dari Irfan. Dugaannya salah besar! Pesan dari Ola yang membuatnya semakin malas meladeni cewek itu.

'Esa, boleh jemput aku? Aku sekarang lagi di rumah om ku. Nanti alamatnya aku kirim ke kamu, ya.'

Begitulah isi pesan dari Ola membuat Esa sebenarnya ingin menolak, tetapi tidak bisa. Ia tahu muslihat cewek itu yang akan mengadu lagi dan berakhir ia kena marah habis-habisan oleh mamanya.

Menunda tujuan awalnya ia sontak bergegas ke alamat yang dikirimkan Ola. Setelah selesai mengantar Ola kembali ke rumah ia langsung menancap gas motornya menuju kafe 18.

Bukan Antagonis! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang