Part 18 Awal Mulanya

271 13 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Perpustakaan yang biasanya sepi kini agak ramai oleh murid-murid yang sedang berbondong-bondong mencari buku paket untuk mereka pelajari karena sebentar lagi ulangan akhir semester akan segera berlangsung atau belajar untuk persiapan seperti yang dilakukan oleh tiga sejoli yang duduk di kursi paling tengah.

“Sa ....”

“Esa, ini cara kerjanya gimana?”

Untuk sekian kalinya Ola menghela napas panjangnya. Pasalnya sudah berkali-kali ia mencoba untuk menanyakan soal yang tidak ia pahami ke Esa, tetapi selalu saja didahului atau disela oleh Via. Entah sengaja atau apa, yang pasti setiap ia hendak bertanya pasti Via selalu bertanya.

“Esa.”

“Kalau yang ini, Sa?”

Esa menoleh ke sebelah kirinya menjelaskan soal yang ditunjuk oleh Via. Setelahnya baru menoleh menatap Ola.

“Kenapa, La? Ada soal yang nggak lo bisa?”

Lantas Ola menggeleng mengucapkan, “Nggak jadi. Aku udah tau caranya.”

Sebenarnya dalam hati ia ingin mengatakan bahwa sedari tadi Via itu hanya mengganggu. Kerjaannya hanya bertanya melulu seolah-olah memang Via tidak mengerti sama sekali soal yang ada dibuku. Bukannya sombong, tetapi itulah persepsinya mengenai Via.

“Esa.”

“Esa, kalau ini?”

“Bentar dulu, Vi. Kenapa, La? Ada soal yang nggak lo tau?”

Akhirnya untuk pertama kali Esa menoleh kepadanya membuatnya dalam hati bersorak gembira sembari membatin, rasain kamu! Entah mengapa semakin hari ia semakin jengkel dengan sikap Via. Ya, memang dia baik, tetapi itu di depan.

“Bukan. Aku permisi ke toilet bentar.”

***

“Esa!”

“Kenapa, La?”

Dengan napas yang tak teratur akibat berlari mengejar Esa, Ola membuka suara, “Jadikan ke to–ko buku?”

Tampak Esa menepuk jidatnya. “Duh, maaf banget, La. Gue lupa, gue ada janji sama Via mau nemenin dia periksa kesehatan di klinik.”

“Memangnya nggak bisa, ya sama mamanya?”

“Justru itu, karena mamanya lagi pulang kampung buat jengukin neneknya makanya Via minta buat ditemenin. Lo tau sendiri Via orangnya gimana. Dia itu, nggak bisa pergi sendiri. Ke mana-mana harus ada yang nemenin. Maaf banget, ya La. Gimana kalau besok aja atau lusa?”

Meski agak kecewa Ola akhirnya mengangguk saja.

“Ya, udah gue duluan, ya. Via udah nungguin di parkiran. Lo hati-hati pulangnya. Kalau ada apa-apa langsung hubungin gue segera.”

Bukan Antagonis! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang