***Hampir saja Ola jauh pingsan begitu mendengar papinya kecelakaan dan saat ia berada di kamar papinya yang sudah diperiksa dokter ternyata luka papinya tidak begitu serius.
Ternyata hanya keserempet motor. Teriakan abang Ferel yang berlebihan membuatnya rela berlari ngos-ngosan dengan hak sepatu yang hampir lima sentimeter.
“Mending kamu istirahat, ya? Kamu pasti capek,” ucap Prabu.
“Tapi, Papi benar-benar nggak pa-pa?” tanya Ola khawatir. Ia tidak bisa tenang jika meninggalkan papinya.
“Tenang aja, Sayang. Mama di sini. Biar mama yang jaga papa. Sekarang, kamu bersih-bersih terus tidur.”
Qiana mendekati Ola dengan mengelus kedua bahu putrinya.
Ia tahu sang putri sangat mengkhawatirkan papanya. Ola melihat Qiana lalu beralih menatap Prabu yang tersenyum ke arahnya seolah-olah mengatakan bahwa papa baik-baik saja.“Ya, udah Ola ke kamar, tapi kalau ada apa-apa jangan lupa panggil Ola.”
“Iya, Sayang.”
Akhirnya Ola melangkah keluar menutup kamar orang tuanya lalu berjalan santai menuju kamarnya yang terbuka lebar. Perasaan saat pesta dimulai ia ingat betul sudah menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
Pasti ada penyusup. Benar saja Ola dikejutkan dengan keberadaan kedua abang twinsnya yang sedang duduk melantai dengan begitu banyaknya kado di depan mereka.
“Bang Farel, Bang Ferel ngapain di kamar Ola?” tanyanya melangkah masuk.
“Kita di sini nunggu kamu, Dek. Ayo, cepat kadonya dibuka!” Ferel bersuara yang mendapatkan anggukan kepala dari Farel.
“Sebanyak ini?” tunjuk Ola tak yakin bisa membuka kado yang begitu banyak hanya satu malam saja.
“Nggak, ah! Ola nggak mau. Mending besok aja. Aku mau tidur. Ngantuk.“Kali-kali begadang, lah, Dek. Lagian udah gede masa nggak kuat begadang?” timpal Farel tidak akan menyerah semudah itu.
“Abang juga. Udah gede masa suka buka kado,” balas Ola tak mau kalah.
“Kita, tuh cuman penasaran. Lagian besok kamu kan libur. Jadi, mending buka kadonya sekarang juga.”
Baru saja Ola akan menolaknya, tetapi kedua abangnya itu tiba-tiba saja menyodorkan sebuah kado kepadanya yang merupakan kado dari mereka berdua.
“Ya, udah,” putus Ola pasrah ikut duduk di tengah-tengah mereka.
Biasanya jika si ulang tahun yang antusias saat membuka kado, ini malah sebaliknya. Kedua abangnya yang malah begitu sibuk kado yang mana akan dibuka terlebih dahulu.
“Nih, kado dari abang sebagai pembukaan,” ucap Farel memberikan kadonya yang berwarna merah kepada Ola.
Tentu saja Ferel tak mau mengalah lalu memberikannya kepada Ola. “Kado abang dulu. Jauh lebih besar,” sindirnya begitu melihat kado Farel tampak sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Antagonis! [COMPLETED]
Novela JuvenilHari sebelumnya yang dirasakan Ola serasa beda ketika pertama kalinya ia terbangun dari pingsannya sehabis mendonorkan darah. Bagaimana tidak? Ia yang biasanya selalu mendapatkan kasih sayang oleh orang sekitarnya mulai menghilang. Keluarga yang me...