Part 25 Bocor

279 11 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣

***

Jam pelajaran ketiga diisi oleh mata pelajar bahasa Indonesia yang anehnya jika biasanya belajar di dalam kelas ini malah disuruh keluar kelas kata gurunya biar lebih leluasa cuci mata.

Ola yang masih sibuk mengotak-atik tas mencari pulpennya yang entah di mana ia menyimpannya. Mana mungkin barang kecil itu hilang lagi.

“La, udah ketemu belum? Nanti kita bisa kena marah Bu Nining.”

Suara dari Nayya membuat Ola semakin mempercepat pencarinya hingga ia tersenyum lebar begitu pulpennya sudah ketemu. Ia langsung saja bergegas keluar dari kelas tanpa merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.

Nanti aja, pikirnya pada saat itu.

Terdengar bel istirahat berbunyi membuat semuanya merasakan kelegaan tiada tara. Begitu kelas XII IPS 2 dibubarkan semuanya berbondong-bondong pergi ke kantin, tetapi tidak untuk Ola dan Nayya yang memilih ke kelas dulu untuk menyimpan buku mereka.

Ola mulai membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja dan kini tinggal satu buku yang belum ia simpan ke dalam tas, tetapi urung begitu mendengar ponsel yang berada di saku bajunya bergetar yang ternyata berasal dari sang papi.

Dengan perasaan senang ia menerima sambungan itu, lalu keluar kelas meninggalkan Nayya yang tampak sedang minum.

Beberapa saat setelah selesai berbincang dengan sang papi di telepon Ola kembali masuk ke dalam.

“Ayo, Nayy ke kantin!” ajaknya yang duluan keluar kelas.

Nayya yang hendak beranjak, tiba-tiba saja menatap buku bersampul merah di atas meja Ola membuatnya bersiap berteriak memanggil sahabatnya itu, tetapi keduluan oleh Ola.

“Nayy, ayo!”

“Iya-iya!” Sejenak ia kembali menatap buku itu, lalu memutuskan berlari keluar menyusul Ola.

Sepanjang koridor seperti biasanya Nayya membicarakan banyak hal yang kali ini ditanggapi Ola beberapa kali.

“Em ... La.”

Mendengar namanya disebut Ola sontak menatap sahabatnya dengan menaikan satu alisnya. “Kenapa?” Melihat Nayya yang hanya cengengesan membuat Ola memutar bola matanya malas. “Ya, udah cepetan! Gue tunggu di kantin.”

“Hehehe, nggak bakal lama, kok.”

Setelahnya Nayya berlari terbirit-birit membuat Ola yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala heran. Sahabatnya itu memang langganan toilet. Setiap minum pasti kebelet.

***

“Rasanya gue nggak bisa gerak lagi,” ucap Nayya yang langsung saja mendaratkan bokongnya di kursi tak lupa memegang perutnya yang serasa ingin meledak gara-gara terlalu banyak makan.

Bukan Antagonis! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang