Chapter 1

2K 48 1
                                    

Wanita paruh baya itu, mengelus kepala cucunya yang terbalut Khimar. Ditatap lah kedua mata cucunya. Batinnya teriris, mengingat kedatangan cucunya dengan tangis sesegukan. Merengek meminta ijin untuk beberapa tahun kedepan tinggal bersamanya. Kini, cucunya sudah bersiap untuk meninggalkan dirinya.

"Eyang Putri, Eyang Kakung. Hasna pamit ya?" Ucap cucunya itu. Bergantian Mencium tangan berkeriput yang telah membantunya menepi. Dari masa lalu yang berupaya menenggelamkan dirinya.

"Cah ayu,nanti kalau sudah sampai di Jakarta kabari Eyang ya,"pinta Eyang Putri. Yang kesekian kali,kembali meraih tubuh Hasna kedalam pelukannya.

"Hati-hati nyetirnya To," ujar Eyang Kakung. Yang nampak tegar melepas cucunya pulang.

"Nggih siap pak," jawab warsito  mengangguk sopan dan patuh kepada majikannya.

"Assalamualaikum," Ucap Hasna menampilkan senyum terbaiknya. Tangannya membuka pintu mobil. Sedangkan atensinya masih tertuju pada Eyang Putri dan Eyang Kakung yang melambaikan tangan kepadanya.

Salam yang diucapkan Hasna benar-benar menjadi penutup perpisahan sore ini.

Mobil klasik, koleksi Eyang Kakung menghantarkan Hasna keluar dari desa yang berada di Yogyakarta. Menuju Jakarta, rumah Hasan yang semestinya.

Pesawat yang ditumpangi Hasna mendarat dengan selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesawat yang ditumpangi Hasna mendarat dengan selamat. Dengan semua rasa syukurnya, Hasna bersiap melanjutkan perjalanan selanjutnya.

Gemerlap malam ibu kota memanjakan mata. Kelap-kelip lampu yang menghiasi gedung-gedung yang menjulang tinggi. membuat mata Hasna tak berhenti menatap jalanan. Ia sangat menikmati perjalanannya. Meskipun terjebak macet tak dapat dihindari. Bagaimana pun itu sudah menjadi ciri khasnya kota Jakarta.

Nada dering pesan singkat yang mengingatkan waktu shalat telah tiba, mengalihkan perhatian Hasna. Dengan segera ia meminta supir taksi mencari masjid terdekat. Guna melaksanakan shalat isyak.

Hasna mendirikan shalatnya sendiri. Karena beberapa menit yang lalu shalat jamaah telah selesai. Dengan khusyuk Hasna bersimpuh di hadapan Rabbnya. Melangit kan bait-bait doanya. Berharap bisa menebus Arsy-Nya.

Setelah selesai, Hasna duduk di teras masjid mengikat tali sepatu sneakers putih dengan sedikit tergasa-gesa. Lalu melangkahkan kakinya sedikit cepat. Takut supir taksinya menunggunya lama. Tanpa sadar, ia menjatuhkan barang yang sedari tadi berada digenggamannya.

"Hei, Maaf tasbihnya jatuh," panggil seorang laki-laki. Yang berdiri di belakang Hasna. Dengan luka lebam di dahi dan di sudut bibir yang menghiasi wajah maskulinnya. Tetapi sama sekali tidak merusak ketampanannya.

Laki-laki itu menggenggam tasbih sejajar dengan dagunya, membiarkan butiran-butirannya menggantung. Guna memperlihatkan kepada pemiliknya.

Sontak Hasna membalikkan badan "Terimakasih," ujar Hasna. Tersenyum singkat lalu meraih tasbihnya dari tangan laki-laki tersebut.

"Jazakallahu Khairan,"lanjutnya. Menangkupkan telapak tangannya ,serta Menatap sekilas lalu menunduk. menjaga pandangan yang seharusnya wanita muslimah lakukan saat bertemu dengan yang bukan mahramnya. 

"Assalamualaikum,"lanjutnya meninggalkan laki-laki itu yang masih mematung di sana.

"Waalaikumsalam,"jawab laki-laki itu. Disusul dengan gumam,"astagfirullah."

Tak bisa di pungkiri, ia mengakui pesona Hasna menyebabkan jantungnya berdegup tak biasa. Yang membuatnya lebih terpikat adalah cara Hasna berinteraksi dengan lawan jenis.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang