Chapter 29

363 17 0
                                    

Bu Septi selaku guru matematika tidak akan pernah merelakan waktunya untuk tidak mengajar. Ia selalu tepat waktu untuk datang ke kelas. Tepat bel bunyi pergantian jam selesai berkumandang ia sudah berdiri di depan pintu. Dengan seorang siswi yang tersenyum anggun di belakangnya.

"Anak-anak kita kedatangan murid baru.silahkan perkenalkan diri kamu,"ujar Bu Nina yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Nama gue  Annabela Cantika. Pindahan dari New York gue harap kita bisa berteman baik," ujarnya dengan nada malas. Matanya langsung berbinar menemukan objek yang ia cari.

Annabela, perempuan dengan hidung mancung. Memiliki pipi tirus dan rahang yang tegas. Serta warna kulit yang eksotis. Yang membuat pasang mata laki-laki menatapnya kagum.

"Ada yang di tanyakan?" Tanya Bu Nina.

"Nomer hpnya berapa?"

"Alamat rumah dong."

"Hei cantik jadian kuy."

Segerombolan pertanyaan langsung keluar dari mulut siswa laki laki. memang sudah menjadi tradisi di kelas jika ada murid baru yang masuk ke kelas mereka akan diberi pertanyaan seperti itu, terlebih murid baru itu perempuan.

"Silahkan kamu duduk dibelakang belakang Naufal. Naufal tolong angkat tangan kamu,"ujar Bu Nina.

"Bu," sahut Annabela.

"Boleh saya duduknya di belakang Hizam? Kebetulan kita sudah kenal dan supaya lebih gampang juga saya beradaptasi,"lanjutnya berusaha meyakinkan.

"Alesan Lo. Nih,gue punya foto Lo zaman jamet," ujar Naufal yang duduk di dua baris dari belakang. Mengangkat tinggi-tinggi handphonenya.

Sontak para pria yang tadinya memandang memuja kini tertawa terbahak-bahak melihat
Annabela dengan gaya berpakaian dan pose foto yang nyeleneh. Berbanding terbalik dengan penampilannya sekarang.

Annabela berjalan cepat menghampiri Naufal. Ia merebut handphone itu dan melemparnya para pemiliknya. Serta menatap tajam semua orang yang menertawakannya.

"Sudah-sudah,saya akan memulai kelas ini," ucap Bu Septi mengendalikan kelas yang rusuh.

"Sudah-sudah,saya akan memulai kelas ini," ucap Bu Septi mengendalikan kelas yang rusuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hizam merasa risih dengan perempuan yang sedari tadi terus menempel padanya. siapa lagi kalau bukan Annabela tentunya. Perempuan itu dengan tidak tau malu menghampiri meja para inti Saturnus yang berkumpul di kantin jam istirahat. sontak saja hal itu membuat warga sekolah geger. Apalagi Hizam yang beberapa hari mengumumkan menjalin hubungan pernikahan dengan Hasna.

"Ini uler keket ngapa balik lagi"bisik Naufal pada Irvan. yang kebetulan duduk bersebelahan dengannya.

Irsyad terus memperhatikan Annabela yang sedang berusaha menarik perhatian Hizam yang pada akhirnya selalu diacuhkan.

"Sayang kok diem aja sih"ujar Annabela yang terkesan alay.

Hizam menggeram marah ditempatnya, ia paling tak suka jika ada yang memanggilnya sayang,baginya hanya Hasna lah yang boleh memanggilnya dengan sebutan itu.

Vian sibuk dengan handphone di tangannya tidak sadar sisa kuah pedas dari bakso pangsit miliknya tersikut lengannya dan terjatuh mengenai seragam yang Annabela gunakan.

"Eh sorry,gak sengaja," ucap Vian jujur tanpa dibuat-buat hanya saja nada bicaranya yang sedikit diedit menjadi terdengar menyebalkan.

"HAHAHA,"tawa anggota inti Saturnus pun tak dapat ditahan lagi melihat wajah merah Annabela yang kesal.

"Seumur hidup kayaknya kali ini deh  cerobohnya Vian menguntungkan,"ujar Irsyad di sela tertawanya.

Perempuan itu melebarkan matanya terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Vian padanya. Ia memandang sekilas pakaiannya yang sudah bercampur dengan warna saos dan sambal yang berwarna merah serta rasa panas yang menjalar tentunya.

"MAKSUD LO APA?"pekik Annabela kencang. Warga kantin pun seketika menoleh,mereka penasaran dengan apa yang sedang terjadi,seumur umur mereka bersekolah disini baru kali ini mereka mendapatkan Perempuan semacam itu.

Hizam menyunggingkan senyum miring. Meskipun bukan dia yang melakukannya. Tapi kepuasan dalam dirinya tak dapat di tahan melihat bagaimana malunya perempuan itu,dengan baju seragam yang sudah berwarna merah dan tatapan penghuni kantin yang seolah mengejek.

Tanpa sepatah kata Hizam melenggang pergi dari sana, diikuti para sahabatnya tentunya

"Oh ya sekalian bayarin makanan gue ya"celetuk Irvan sebelum lelaki itu menyusul para sahabatnya.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang