Chapter 28

408 19 0
                                    

Bus milik sekolah yang berdesain keren dengan ciri khas olahraga basket memasuki halaman sekolah. Langsung membuat gampar semua penghuni. Tidak mau ketinggalan mereka  langsung menyerbu segerombolan anak basket yang baru saja pulang dari turnamen di beberapa kota. Irvan, sebagai kapten  menginjakkan kakinya di karpet merah dengan iringan Marawis rebahan yang dimainkan sekelompok laki-laki organisasi Rohis sesuai permintaan Umar selaku ketuanya.

Dengan piala besar di tangannya serta beberapa mendali yang menggantung di lehernya. Irvan dengan pasukan yang berbaris rapi di belakangnya keluar dengan sedikit narsis melambaikan tangan bak artis yang sedang fashion show. Mereka menyalami, Pak Wawan di ujung karpet merah selaku kepala sekolah. Mereka diarak ke lapangan untuk diberi penghargaan. Telah berhasil membawa pulang kemenangan lalu dijamu di ruang serbaguna tentunya.

Setelah acara, Irvan mlipir ke kantin menghampiri para sahabatnya.

"Widih, jagoan kita nih,"ujar Naufal yang tak hentinya ia menyorot Irvan. Ia mengambil kesempatan ini untuk menambah viewersnya. Tentu,banyak perempuan disekolah ini yang akan membicarakan kepulangan tim basket. Bahkan tim lambe meleber juga akan sangat terbantu dengan video yang ia unggah,nantinya sebagai bahan gosip terbaru.

"Heleh,"keluh Irvan yang sudah akrab dengan tingkah temannya itu. Ia bangkit menghampiri stand mba Darmi memesan seporsi pecel.

"Pada pesen gih, gue yang bayarin," tutur Irvan menghampiri kembali meja para sahabatnya. Dengan tempe mendoan di tangannya ia duduk menikmati.

"Ketinggalan info apa nih gue?" Tanyanya pada Irsyad yang duduk bersebelahan dengannya. Matanya menatap kearah Hizam yang membawakan segelas es jeruk untuk seorang perempuan asing di matanya.

"Seperti yang Lo lihat,"jawab Irsyad mulai menyantap seporsi soto yang baru saja sampai di mejanya.

"Apaan sih?" Desak Irvan yang belum puas dengan jawaban Irsyad.

"Kasih tau enggak ya?" Goda Naufal yang haus keributan.

"Makanya punya grup tuh dibaca,"keluh Vian memukul kepala Irvan dengan sendok yang ia pakai untuk mengaduk es teh. Lalu tanpa dosa ia menyantap nasi rawon menghiraukan ringisan Irvan.

Irvan melihat para sahabatnya tengah asik bergulat dengan makannya masing-masing. Bahkan umar yang tadi memimpin Marawis rebahan kini diam tidak ikut bersuara. Ia lebih memilih mengisi amunisinya kembali. Ia tersenyum jail menatap Adit yang membiarkan baksonya dingin.

"Dit?" Panggil Irvan. Sedangkan pemilik nama tidak tertarik melihat lawan bicaranya.

"Babang Adit. Kiw kiw," dengan sengaja Irvan menggoda Adit dengan nada dan perilaku nyeleneh yang ia buat-buat.

"Najis," desis Adit yang sama sekali tidak memalingkan pandangannya dari layar.

Semakin geram. Irvan mengulurkan tangannya dan merebut paksa handphone milik Adit,"balikin!"

"Jawab dulu pertanyaan gue. Itu, Hizam sama siapa?"

Adit memandang datar dan berujar dengan nada malas,"istrinya. Puas?"

"Oh," ujarnya mengembalikan kembali barang rampasannya kepada pemiliknya.

"Apa kabar, Zam?" Basa-basi Irvan yang melihat ketua gengnya ikut nimbrung di meja.

"Alhamdulillah,baik,"jawabannya seadanya.

"Makin ini ya Lo. Bahagia,gue tinggal bentar eh Lo nya udah beristri. Kitati dedek Mas,"ujarnya dengan akhir kata yang ia buat-buat lebay.

"Istighfar Van,"sahut Umar yang sudah selesai berkutat dengan makannya.

Irvan malah semakin menantang ucapan Umar. Ia mencoba melenturkan badannya dan bergaya menye-menye menghampiri Hizam. Mendekatkan mulutnya ke telinga Hizam. Tidak lupa ia  memegang pundak Hizam untuk melawan Hizam yang memberontak geli. Namun suara yang ia keluarkan berbanding terbalik dengan sifat buatannya itu. Ia berbisik dengan nada tegas dan menekan. "Dia balik lagi, Zam."

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang