Hasna antusias menyambut kedatangan suaminya beberapa kali ia nampak meloncat-loncat kecil melihat paras suaminya yang terlihat di depan pintu. Sesegera mungkin Hasna mendekap tubuh yang selalu ia rindu.
"Mas mau makan dulu apa mandi dulu?" Tanyanya tangannya masih melingkar di pinggang Hizam dengan kepala mendongak keatas.
"Makan dulu, Mas laper Na," jawabannya merengek seperti anak kecil yang pulang sekolah.
Hasna menggenggam tangan Hizam lalu menggiringnya ke meja makan. Mengambilkan lauk serta nasi. Ia menatap gemas Hizam yang hendak memasukkan suapan ke mulutnya.
"Ini dari Bunda?" Tanya Hizam matanya berbinar. Merasakan Ayam goreng yang ia kunyah.
"Ini juga dari Umma, Na?" Lanjutnya sembari menunjuk nasi mandi lengkap dengan dagingnya di meja.
Hasna mengangguk tersenyum,"betul sekali mas".
Keduanya menikmati piring masing-masing. Setelah selesai Hasna hendak beranjak membersihkan meja makan,"biar mas aja Na."
Hasna tersenyum. Ia langsung menyusul suaminya yang sudah di depan wastafel. Lagi-lagi tangannya melingkar di pinggang belakang Hizam yang persis Hizam lakukan ketika ia sedang memasak. "Capek ya seharian ngurus rumah?"
"Hasna suka kok, apalagi ngurus Mas," ujarnya terkekeh singkat.
"Bisa aja kamu," tutur Hizam membalikkan badannya. Menoel gemas hidung Hasna hingga ia lupa busa sabun cuci piring masih ditangannya.
"Mas?" Rengek Hasna. Padahal ia baru saja selesai mandi dan memakai skincare-nya. Sedangkan pemilik nama tersenyum tanpa rasa bersalah.
Tak mau kalah, Hasna hendak membalas suaminya itu. Saat tangannya mencolek busa sabun di wastafel ia ngincar wajah tampan suaminya itu,namun saat tangannya hendak menyasar incarannya. Terlebih dulu Hizam mencekal tangan Hasna. Keduanya saling menatap hingga Hizam mengecup singkat pipi kanan istrinya. Seketika sang bidadari merona. Hizam meninggalkan istrinya yang mematung. Memegangi pipi kanan.
"Sini kamu mas, aku bales," teriak Hasna mengejar suaminya yang berlari.
Kedua pasangan itu berlari mengelilingi rumahnya. Dengan wajah bahagia dan tawa yang menguasai parasnya.
Hizam sudah lelah, keringatnya pun membasahi kemeja yang ia pakai. Ia memilih membalikkan badan menghadang tubuh istrinya.
Setelah dapat, Hizam mendekapnya tubuh itu," sudah mas nyerah."
Hasna tersenyum jahat. Ia yang masih di gendongan Hizam menghujani pipi mulus suaminya dengan kecupannya.
"Mandi gih mas,bau asem," celetuk Hasna membiarkan suaminya membawa tubuhnya menaiki anak tangga.
Setelah sampai di kamar, Hasna turun menyiapkan pakaian suaminya yang sedang di kamar mandi membersihkan diri.
Bel rumah berbunyi, Hasna langsung menuruni satu persatu anak tangga yang menghubungkan lantai dua dengan lantai satu dimana kamarnya berada.ia menggerutu kesal saat seseorang yang hendak bertamu itu dengan tidak sabar-nya terus memencet bel.
"SEBENTAR"teriaknya dari dalam. Sembari merapikan Khimar instannya.
Hasna membukakan pintu. Namun nihil tidak ada satu orang pun disana. Ia mencoba berjalan dua langkah keluar.Mungkin hanya orang iseng pikirnya. Karena melihat pagar rumah yang terbuka. Yang entah kemana satpamnya itu. Ia yang tak mau ambil pusing membalik badannya ke dalam dan hendak menutup pintunya kembali.
Tiba-tiba mulut Hasna di sekap seseorang dari bekang. Gelap yang ia rasakan, lemas mulai merambah keseluruhan tubuh. Hingga ia hilang kesadaran dan di bawa pergi oleh seseorang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Takut Nikah Muda
SpiritualCerita ini bukan tentang perjodohan. Bukan juga tentang nikah muda karena sebuah insiden. Tapi ini tentang cerita anak SMA yang berani mengutarakan cintanya dengan akad nikah di usia muda mereka. "Mau hidup bersama meraih jannah-Nya?" "Bismillah Has...