Chapter 23

457 24 0
                                    

Jam kosong pada siang hari adalah jam yang paling diharap-harapkan bagi para pelajar. Wajar saja, jam siang termasuk jam rawan lapar,ngantuk bahkan suntuk.

"Zam. Fokus woy,"titah Vian kesal. Melihat Hizam di depannya tidak serius menjalankan permainan game. Dan terus-terusan gelisah serta berkali-kali ia melihat ke arah pintu.

"Heh Hasna kelas sebelah di bully si Vina di kamar mandi woy," tutur Tera ngos-ngosan. Ia selaku tim lambe mleber memang selalu gerak cepat mendapatkan informasi terkini.

Dengan kasar Hizam meletakkan handphonenya. Bunyi nyaring membuat atensi teman-temannya yang fokus pada layar masing-masing kini teralihkan pada dirinya.

Hizam mempercepat langkahnya menuju kamar mandi tanpa memperdulikan panggilan dari teman-temannya. Dalam pikirannya saat ini hanya tertuju pada Hasan.

Banyak siswa-siswi yang berkerumun di area kamar mandi. Namun satupun diantara mereka tidak ada yang berani menolong Hasna.

'Brakk'

Dengan brutal Hizam mendorong paksa pintu kamar mandi. Dan ya, ia melihat istrinya dengan kedua tangan terikat mengenaskan.

Vina terkejut dengan kedatangan Hizam yang berdiri diambang pintu dengan sorot mata tajam. tak terkecuali dengan Hasna yang juga terkejut namun tak urung merasa senang karena bantuan dari Allah datang.

"H-hizam?"

Vina membuka suara nya gugup,juga gemetar setengah mati dan melepaskan pegangannya pada Hasna. Sehingga membuat Hasna merosot kebawah dan menangis.

Pisau yang sempat di todong kan Vina, dihadapan Hasna, membuat ingatan kelamnya itu berputar bak kaset rusak. Sesak datang menyerang dadanya. kakinya mendadak lemas tak kuat menahan tubuhnya.

Hizam berjalan cepat dan membuka kemeja seragam sekolahnya menyisakan baju hitam polos.  untuk menutupi rok Hasna yang sudah di gunting jahitannya. lalu membawa tangannya pada lekukan kaki dan tengkuk Hasna. Menggendongnya ala bridal style dan mendekapnya untuk berada tepat di dadanya.

Melewati Vina , Hizam tidak sempat berucap ia hanya memandang dengan sorot mata kecewa.

"Urus dia!" Perintah Hizam pada teman-temannya anggota inti Saturnus yang juga ikut mengejarnya tadi.

Tapi mereka hanya menunggu Hizam keluar. Mereka di larang Irsyad ikut masuk kedalam. Karena Khawir di dalam terjadi hal yang tak terduga dan mereka memutuskan untuk mengamankan lokasi demi tidak terjadinya hal yang tak diinginkan.

"Zam. Bawa ke RS aja,UKS hari ini enggak ada petugasnya," titah Adit. Yang tadi sempat mengecek kondisi UKS. Hizam hanya membalas dengan anggukan dan mempercepat langkahnya ke parkiran.

Kedua sahabat Hasna berpapasan dengan Hizam yang menggotong tubuh Hasna. Aiza langsung mengincar dan mencari keberadaan Vina. Sedangkan Acila menangis sesenggukan tak karuan.

Hizam mendudukkan Hasna si kursi mobil samping kursi pengemudi.

"Na,please bertahan,"ucap Hizam. Memutar kemudi mobilnya dan menancap gas supaya cepat sampai ke RS.

"Shhh,"

Hasna yang berusaha menjawab ucapan Hizam tapi malah ringisan yang keluar. Karena rasa sakit yang ia rasakan di sudut  bibirnya.

Hizam Terus mencium tangan Hasna yang berada dalam genggamannya. Dan mengucap dalam hati doa-doa keselamatan untuk istrinya.

Hasna ingin bertahan. tapi semua rasa sakit yang Hasan rasakan dalam tubuhnya ditambah rasa pusing yang semakin menjadi. rasanya sungguh menyakitkan. Percuma rasanya bertahan  karena matanya ingin selalu tertutup. Hingga kegelapan itu benar-benar mengurungnya dan teriakan Hizam yang memanggilnya adalah suara terakhir yang Hasna dengar.


Hizam menunggu Hasna di balik pintu ruangan dengan segala rasa khawatirnya. Kesedihan, emosi dan penyesalan beradu di kepala Hizam. Ia menyambut kedatangan Umma,Bang kembar dan kedua orang tuanya. Yang tadi ia sempatkan untuk menghubungi. Dengan segala kata maaf, terlebih pada mertuanya.

Umma menuntun Hizam duduk di kursi tunggu. Begitu ketara, mata menantunya itu yang memerah menahan air mata.

"InsyaAllah Hasna baik-baik aja nak,"tutur Umma mengelus pundak Hizam.

"InsyaAllah Hasna pasti kuat. Umma yakin Hasna bisa hadapi semua ini,"lanjutnya. Menyeka air matanya dan air mata menantunya.

"maaf Umma, maaf,"ucap Hizam berkali-kali mengucap kata yang sama. Dirinya benar-benar sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

"Nak,Umma percaya kamu sudah menjaga Hasna dengan semua kemampuan kamu. Ini di luar kendali kamu nak," jawab Umma membawa menantunya yang gagah dan berkharisma, kini benar-benar rapuh kedalam pelukannya.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang