Chapter 4

622 33 0
                                    

Hasna sudah mantap untuk kembali menetap di kota kelahirannya. Segala hal yang berkaitan dengan dirinya harus ikut menyesuaikan,Misalnya sekolah. Hasna harus kembali beradaptasi di sekolah barunya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Nama saya Hasna Afida. Semoga kita bisa berteman dengan baik,"ujar Hasna berbicara di depan. Sengaja memang ia tidak menyebutkan nama akhirnya,alias marga. Agar dirinya lebih nyaman untuk berteman.

Respon dari teman-teman Hasna pun beragam. Dari mulai komplotan cowok buaya yang menuji kecantikannya,meminta nomer telepon bahkan ada yang terang-terangan mengajaknya berpacaran.

"Maaf gue enggak mau pacaran.Terimakasih,"jawab Hasna dengan tegas kepada cowok yang menurutnya sangat genit terang-terangan mengajaknya mendekati zina.

Sontak suara tepukan tangan dan sorakan dari siswa-siswi saling beradu. Sebagian ada yang setuju dengan jawaban Hasna dan sebagian merasa bahwa Hasna sombong. Lantaran menolak cowok paling kece di kelas itu.

"Sudah-sudah,"ujar Bu Asti menenangkan kondisi kelas

"Baik Hasna, terimakasih. Silahkan duduk,"lanjut Bu Asti menunjuk bangku yang kosong dengan telapak tangannya.

"Karena hari ini ada pertandingan futsal antar sekolah. Kalian silahkan siap-siap ke lapangan untuk menonton pertandingan,"Tutur Bu Asti. Disambut sorak girang oleh siswa-siswi.

"Tapi ingat, jangan membuat kericuhan ya di sana,"lanjut Bu Asti. Memberikan sedikit wewejang lalu mengakhiri kelas dengan salam.

"Lo Hasna, sahabat gue kan?" Tanya Acila  dengan polos mendekati Hasna.

Aiza yang berada di samping Acila hanya memutar bola matanya dengan malas. "Mulai deh,"ujarnya.

"Na.Kenapa Lo enggak ngabarin waktu sampai di Jakarta?"protes Aiza dengan nada kesal.

"Kan biar surprise," jawab Hasna dengan cengengesan. Lalu memeluk hangat kedua sahabatnya.

Aiza dan Acila adalah sahabat Hasna dari TK berlanjut sampai sekarang. Meskipun sempat terpisah oleh jarak mereka tetap kompak. Kadang seminggu sekali atau dua Minggu sekali mereka datang menemui Hasna sewaktu masih tinggal di rumah eyangnya.

 Kadang seminggu sekali atau dua Minggu sekali mereka datang menemui Hasna sewaktu masih tinggal di rumah eyangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setalah selesai melaksanakan sholat Dhuha di masjid sekolah. Hasna, menuju ke lokasi lapangan futsal dengan sedikit kesusahan. Tapi ia tak kehabisan akal untuk menuju ke sana. Dengan cara mengikuti sekelompok orang-orang,ia berhasil sampai di lapangan futsal.

"Hasna sini," panggil Aiza melambaikan tangannya. Ia melihat Hasna celingak-celinguk mencari keberadaannya dan Acila.

"Siapa lawan siapa nih?" Tanya Hasna yang langsung menempatkan dirinya di tengah-tengah ke dua sahabatnya. Dan menerima cup es jus mangga. Pesanan yang ia titipkan kepada Aiza dan Acila yang sempat menuju ke kantin untuk membeli beberapa cemilan.

"Geng Saturnus sama geng Venus. Tau enggak Na? mereka tuh musuh bebuyutan loh,"jawab Acila yang duduk di samping kiri Hasna nampak sangat antusias menceritakan banyak hal. Sedangkan Hasna mengerutkan keningnya dengan sedikit kebingungan.

Suara sorakan riuh dari para penonton menyambut para pemain memasuki lapangan.

"Tuh. yang pakai bandana di lengan tangan itu,Hizam namanya,"ucap Acila menunjuk dengan jarinya.

"Lo tau Na,dia itu banyak banget fansnya. Famous banget pokoknya,"lanjutnya menggebu-gebu.

'Deg'

Tatapan mata mereka bertemu.Sedetik kemudian Hasna menundukkan kembali kepalanya.  Demikian juga dengan Hizam langsung memalingkan wajahnya. Dan keduanya sama-sama beristigfar dalam hatinya masing-masing.

"Dia kan, yang nemuin tasbih gue?" batin Hasna. Seketika ia ingat dengan kejadian tadi malam.

"Yang lagi ngevlog itu Naufal," tutur Acila.

"Yang di sebelahnya itu Vian,"

"Nah yang duduk di tribun pakai penutup kepala,apasih namanya?apa ya Ai?"

"Peci kupluk maksud Lo?" Sahut Aiza.

"Nah iya. itu namanya Umar,"

"Itu bang Irsyad kan?" Ujar Hasna antusias menunjukkan sepupunya.

"Nah bener. Kalau yang itu..."sahut Acila menggantungkan ucapannya.

"Adit,"sahut malas Aiza. Melihat temannya itu tersenyum malu malu.

"Nah mereka geng Venus"lanjut Aiza. Saat segerombolan laki-laki memasuki lapangan dengan celana pendek pada umumnya. Tidak seperti geng Saturnus yang memakai celana panjang untuk menutup auratnya.

Pertandingan berjalan sengit. Atmosfer persaingan sangat amat terasa di sini. Kedua kubu sama menginginkan kemenangan. Dan...

Gol

Tendangan dari kaki Hizam mengantarkan geng Saturnus pada kejuaraan hari ini. Kompak geng Saturnus bersujud kepada Rabb-Nya sebagai rasa syukur mereka.

Yel-yel kemenangan begitu semarak digemakan oleh pendukung geng Saturnus.

'bug'

Jovan,ketua geng Venus. Tidak terima kalah dengan musuhnya. Langsung saja ia menghantam wajah Hizam,ketua geng Saturnus.

Tubuh Hizam terpelanting ke belakang. Di susul oleh anggota Venus menghajar anggota Saturnus.

Pertengkaran tidak dapat di hindarkan. Yang satunya kekeh untuk menyerang dan yang satunya berusaha menghentikan semua kekacauan.

Dengan segera panitia membubarkan para penonton untuk meninggalkan tempat. Agar tidak memancing provokasi yang menambah buruk keadaan.

"Ai. ayo Ai keluar," pinta Hasna yang dadanya sudah naik turun dengan nafas yang tidak beraturan.

Hasna benci pemandangan seperti ini. Sebab bisa memancing bayang-bayang kelam yang sedang berusaha ia tidurkan.

"Sebentar,masih rame banget pintu keluarnya. Lo tenangin dulu diri Lo,"ujarnya mengelus pundak Hasna.

Akhirnya panita berhasil menengahi pertengkaran. Menggiring keluar geng Venus dari lapangan.

Hasna terbelalak melihat orang yang ia sayang terlibat di sana. Ia bergegas turun dari tribun. Yang membuat kedua sahabatnya kelimpungan mengikuti Hasna. Ia Berlari menghampiri Abangnya, anak semata wayang pamannya.

"Abang enggak apa-apa kan?" Tanya Hasna. Memegang ujung kaos yang Bang Irsyad lalu Membolak-balikkanya. mengecek,apakah ada luka di sana.

"Hasna?" Ujar Bang Irsyad yang terkejut dengan kedatangan Hasna. Sedangkan sang pemilik nama masih sibuk memastikan dirinya baik-baik saja.

"Oh. Dia namanya Hasna," batin salah satu orang di sana.

"Na. Kenalin mereka temen-temen gue,"sahut bang Irsyad antusias menunjuk teman-temannya.

Seluruh atensinya sudah terpusat pada  bang Irsyad. Ia hanya melihat sekilas lalu kembali fokus pada Irsyad.

"Bang berdarah. Ayo ke UKS,"ajak Hasna dengan rasa khawatirnya menarik ujung kaos sepupunya.

"Ayo bang sekarang,"lanjutnya yang mulai berkaca-kaca menahan tangis.

"Na. Gue enggak apa-apa,"elak bang Irsyad.

"Enggak apa-apa gimana?itu darahnya keluar Bang,"sahut Hasna menunjuk ke arah kening dan rasa paniknya mulai bertambah.

Irsyad memandang sedih Hasna yang berada di hadapannya. Ternyata sosok Hasna masih sama sebelum meninggalkan dirinya. Anak itu kembali dengan luka yang belum sembuh.











Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang