Setelah shalat Isyak berjamaah,sahabat-sahabat Hizam berkumpul di ruang tamu. Mereka sedang berfikir keras mencoba memahami dan memecahkan teka-teki menghilangnya Hasna.
Seorang perempuan mondar-mandir di depan pintu rumah Hizam. Yang kebetulan malam ini,tidak ada satpam yang menjaga. Karena satpam kemarin sudah liburkan sementara. Sungguh bimbang rasanya. Ini bukan perkara mudah untuk ia pilih. Berulang kali ia ingin memencet bel namun tidak jadi.
"Heh,"ucapnya terkejut. Refleks ia menutup mulutnya dengan tangan kiri dan memaki tangan kanannya yang malah memencet bel.
"jangan panik,jangan panik," gumamnya. Menyemangati dirinya.
"Apa gue lari aja ya?" Tanyanya seorang diri.
"Ah jangan deh,"
"Tapi kalau gue lari,mereka lapor polisi gue di penjara dong," ujarnya ketakutan dengan ucapan Vian.
Pikirannya sedang beradu tak tau harus bagaimana dan apa yang ia harus lakukan.
Suara bel berbunyi,Hizam yang semula ikut duduk tak bersemangat bersama sahabat-sahabat. Bangkit dan hendak membukakan pintu.
"Biar Mei aja bang,"sahut Meila. Yang baru datang dan menahan Abangnya agar tidak bangkit dari duduknya.
"Eh?" Ucap Meila terkejut. Ketika seorang perempuan memakai dress hitam yang begitu jelas aurat perempuan itu terlihat. Ia kecewa bukan tukang ojek online yang ia tunggu-tunggu kedatanganya mengantarkan pesanan.
"Cari siapa ya?" Tanya Meila.
"Cari Hizam. Gue boleh masuk?" Tangannya.
"Ada kepentingan apa ya?" Tanya Meila yang ragu mempersilahkan perempuan itu masuk.
"Tentang Hasna," jawabnya.
"Silahkan," ucap Meila.
Perempuan itu dengan ragu berjalan mendekati sekelompok remaja laki-laki yang nampak fokus membicarakan sesuatu.
"Gue tau Hasna di mana,"
"Vina?" Gumam kompak seisi ruang tamu. Mereka terkejut bukan main. Tapi tidak dengan Vian yang lebih dulu curiga dengan Vina.
"Dia berulah lagi,"ucap Naufal berbisik.
"Tuh cewek kagak ada kapoknya," sahut Irvan juga ikut berbisik.
"Hasna di mana?" Tanya Hizam. Dengan muka datarnya dan pandang mata yang tajam.
"Dengan satu syarat," ujar Vina.
"Apa?" Tanya Hizam lagi.
"Cepetan," lanjutnya sudah tidak sabar. Sungguh ia rindu dengan istrinya. Semoga istrinya baik-baik saja,doanya selalu.
"Nama gue harus Lo cabut dari laporan polisi," jawabnya.
"Oke gue cabut laporan itu. Setelah Lo ngasih tau keberadaan Hasna," ujar Hizam. Dalam hati ia terkekeh geli. Padahal ia tidak melaporkan Vina ke kantor polisi.
"Ayo cepet ikut gue. Hasna dalam bahaya," ucapnya.
Hizam dan sahabat-sahabatnya mengikuti kemana Vina pergi. Sedangkan kedua Abang Hasna serta ayah Ahsan mendatangi kantor polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Takut Nikah Muda
EspiritualCerita ini bukan tentang perjodohan. Bukan juga tentang nikah muda karena sebuah insiden. Tapi ini tentang cerita anak SMA yang berani mengutarakan cintanya dengan akad nikah di usia muda mereka. "Mau hidup bersama meraih jannah-Nya?" "Bismillah Has...