Chapter 50

285 6 0
                                    

"Thanks ya makan malamnya," ucap Irsyad menaiki motornya.

"Sama-sama,"jawab Hizam di ambang pintu.

"Yok duluan, Assalamualaikum,"pamitnya menyalakan mesin motornya.

"Waalaikumsalam, ati-ati,"setelah punggung Irsyad tidak terlihat Hizam menutup pintu rumahnya.

Hizam masuk ke kamar menemukan istrinya sudah berbaring tidur tidak menghadap ke arahnya. Ini pemandangan pertama kalinya melihat istrinya membelakangi dirinya. Ia mencoba merebahkan dirinya di samping Hasna dengan posisi menghadap ke langit-langit kamar.

Alam pikirnya kian kacau, ditambah permasalahan yang terjadi di kantor ayahnya membuat dirinya memutuskan ke ruang kerja. Melanjutkan pekerjaannya mungkin bisa melegakan pikirannya.

Tidak lupa,ia menyelimuti tubuh istrinya dengan pandangan yang dalam. Dengan pelan ia menutup pintu kamar. Supaya decitan pintu tidak menggangu tidur sang bidadarinya.

 Supaya decitan pintu tidak menggangu tidur sang bidadarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alarm di meja berbunyi. Seolah sudah hafal, tangan Hasna meraih benda itu untuk kembali disenyapkan.

Pukul tiga pagi, waktu yang tepat untuk menghamba menghadap Sang Kuasa. Hasna melakukan sedikit gerakan peregangan badannya di atas kasur. Sembari mendudukkan dirinya. Menoleh ke kanan matanya tidak menemukan sosok suaminya. Pandangannya menyapu seisi kamar,masih tidak ditemukan keberadaan suaminya.

"Mas?" Panggil Hasna.

Gelegar guntur di luar membelah sunyinya malam. Perlahan rintik kian deras membumi.

Hasna turun dari kasurnya dengan tergesa-gesa memakai sandalnya. Langkah dengan penuh tanda tanya, menelusuri setiap inci rumahnya. Dengan perasa tidak karuan, telapak tangan kiri berada di dadanya seolah menenangkan dirinya sendiri.

Langkahnya sudah kesana-kemari. Masih tidak ditemukan sosok yang ia cari. Hasna menaiki anak tangga setengah berlari. Nafasnya sedikit tersengal-sengal hingga ia berhenti sejenak mengatur kembali nafasnya "Mas di mana?"

Perasanya mulai tak karuan. Alam pikirnya memperkeruh keadaan. Perasaan sedih begitu dominan dihatinya. Hasna tertunduk dengan genangan air dipelupuk mata, ia memutuskan kembali melangkah ke kamarnya. Tiba-tiba terbesit dipikirannya untuk mengecek ruang kerja Hizam. "Mas?"

Betul saja, Hasna menemukan Hizam di sana. Tertidur dengan posisi duduk membungkuk meletakkan kepalanya di meja. Menjadikan kedua tangan sebagai bantal.Bahkan kacamatanya masih bertengger di hidung mancungnya.

"Enggak mau tidur bareng Hasna lagi ya?"gumamnya menebak-nebak. Yang ia sudah yakini sendiri jawabannya.

Hasa hanya berada diambang pintu tidak berani mendekat. Entah mengapa air matanya mengalir begitu saja. Perlahan ia menutup kembali pintu. Mengusap kasar air matanya yang keluar.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang