Chapter 54

257 9 0
                                    

Sang Tuan terduduk di sudut kamarnya. Atensi matanya tertuju pada sang bidadari yang masih terlelap. Mengabaikan pemandangan pagi hari yang cerah setelah semalam hujan. Dengan secangkir teh yang ia seduh sendiri untuk menemaninya tak henti memanjatkan syukur kepada sang Penciptanya yang telah memberi wanita terbaik baginya.

Hizam menghampiri Hasna yang sedang melakukan perenggangan sendi-sendi."selamat pagi,mau makan apa hari ini?"

Dengan mata yang masih sedikit berat Hasna meraih jam waker jamurnya di nakas,"Mas,kok belum siap-siap? Astaghfirullah kok nggak bangunin Hasna?ay-"

Satu kecapan singkat mendarat di kening Hasna berhasil membungkam mulutnya. Sepertinya hangatnya pagi sudah pindah ke pipinya. Yang nampak merona.

"Ish malu,"cicitnya menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Tanpa basa-basi, Hizam yang terduduk di ranjang samping Hasna menggiring Hasna kedalam pelukannya,"hari ini,mas wfh."

Kedua pasang itu saling menghirup dalam-dalam aroma khas dari keduanya. Tenang nyaman itu yang mereka saling rasakan. Diam-diam keduanya saling memanjatkan doa agar selalu bisa bersama.

Suara bunyi perut Hasna membubarkan pelukan hangat sehangat mentari pagi. Ia meringis malu,"mas,mau sarapan bubur ayam."

Detik itu juga Hizam bersiap menghampiri penjual buryam di depan komplek.

Setelah seharian ia tidak menginjakkan kakinya di dapur,kini Hasna berinisiatif membuatkan suaminya secangkir kafein untuk menyemangati suaminya lembur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah seharian ia tidak menginjakkan kakinya di dapur,kini Hasna berinisiatif membuatkan suaminya secangkir kafein untuk menyemangati suaminya lembur.

Dengan senyumnya yang belum luntur sejak ia membuka matanya di pagi hari tadi. 

'Dor'

'Dor'

'Dor'

Suara tembakan yang entah dari mana,terdengar di dalam dapur Hasna. Secangkir kopi membanjiri lantai. Gelas yang menjadi wadah, hancur pecah berserakan begitu saja. Bahkan Hasna tidak mampu menjaga keseimbangannya.Sontak ia berjongkok dan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Perlahan air mata dan ingatan kelam itu datang bersamaan.

"Baba,"ucap Hasna lirih.

Hizam yang masih berada di ruang juga mendengar hal sama. Ia melangkah tergesa-gesa untuk mencari keberadaan istrinya. Ia tau istrinya kini sedang tidak baik-baik saja.

"Shht tenang ya aku di sini,"bisik Hizam. Memeluk Hasna erat. Berusaha memberikan kenyamanan dan keamanan.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang