Chapter 51

322 10 0
                                    

Di dalam rumah minimalis modern, sepasang suami istri berada di meja makan. Tidak ada obrolan yang tercipta pagi ini. Interior ruangan menjadi saksi dinginnya atmosfer keduanya.

Hasna menghidangkan nasi liwet dengan beberapa pelengkapnya. Yang membuat Hizam terbelalak melihat dua piring makan di meja. Tak seperti biasa, biasnya ia dan istrinya sepiring berdua.

Hasna tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Ia mengambilkan makan suaminya tanpa sepatah kata apapun.

Lagi,lagi Hizam merasa heran. Ia benci berada di situasi seperti ini. Matanya melirik istrinya yang memilih duduk di kursi meja makan depannya. Membiarkan kursi makan di sampingnya yang biasa ditempati menjadi kosong.

Setelah sarapan selesai. Hasna mengantar Hizam keluar.

Di depan pintu Hasna menyodorkan tangannya di depan suaminya. Hizam pun memberikan beberapa lembar uang berwarna merah. Sontak saja Hasna langsung menatapnya.

"Salim,"ujar Hasna dengan mata malas memandang suaminya itu.

Hizam menganggukkan kepalanya dan langsung menggiring telapak tangan Hasna dengan beberapa lebar uang diatasnya menuju kening.

"Hasna senajis itu ya mas?"ujar Hasna lirih. Meratapi kelakuan suaminya yang pagi-pagi buta sudah menambah sakit hatinya.

Hasna memilih masuk ke dalam dan menutup pintu. Meninggalkan Hizam yang masih mematung kebingungan,"hah?"

Hasna bersandar pada pintu dengan air mata yang bercucuran ia menguatkan dirinya,"jangan nangis Na,jangan nangis."

Tak kuat, kakinya merosot di lantai menutup  wajahnya dengan tangannya. Dan ia baru menyadari,kala permukaan pipinya menyentuh lembaran semacam kertas. Ternyata,uang pemberian suaminya itu masih di genggaman tangannya.

"Emang Hasna cewek apaan?" Ucapnya menatap uang itu lalu memasukkan kedalam kantong kanan gamisnya.

Hasna membangunkan diri menuju kamarnya mengambil benda pipihnya. Ia sangat butuh untuk menyalurkan rasa sedihnya. Ia bingung harus menghubungi siapa. Hingga ia menjatuhkan pilihannya kepada mbak Dina. Yang menurutnya akan bisa mengerti isi hatinya.

"Mbak,gimana ya biar suami mau tidur bareng lagi?" Tanyanya setelah basa-basi dan membuat mbak Dina berjanji tidak memberitahukan yang lain terlebih lagi kepada Uma.

"Kamu dan Hizam lagi ada masalah apa dek?"

"Kok diem?"lanjutnya dari sana tidak mendengar suara Hasna.

Hasna menunduk ia menahan air matanya jatuh," enggak mbak."

"Dek,semua rumah tangga itu pasti ada ujiannya masing-masing. Sabar-sabar ya kamu,tarik nafas dulu coba biar tenang,"

Setelah keadaan Hasna lebih baik. Mbak Dina menasehati serta memberikan beberapa solusi.

"Iya mbak, makasih ya mbak."

"...."

"Duh, Hasna jadi ngerepotin."

"..."

"Ya mbak, waalaikumsalam."

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang