'Tok'
'Tok'
Suara itu mengalihkan kedua pasangan yang sedang mengemasi barang-barangnya.
Hizam bergegas menuju pintu. Membukanya dan menampilkan sosok mertuanya,"Sarapan dulu nak."
"Iya Umma," Hizam mengangguk paruh menarik tipis kedua ujung bibirnya.
"Ayok," Hizam sedikit terkejut. Yang entah kapan istrinya berada di sampingnya.
Kedua pasutri itu menuruni anak tangga berdampingan tapi tanpa gandengan. Bahkan ada sedikit jarak ditengah-tengah mereka.
Sesampainya di meja makan. Semua sudah hadir di sana. Kakung-eyang, Umma,Ayah-Bunda beserta anak sulung perempuan, Bang Hamzah lengkap dengan keluarganya begitu juga dengan bang Hamdan.Sejenak Hasna terdiam. Mengamati para istri yang menghidangkan makanan ke piring suaminya. Apakah ia juga harus melakukannya?
'khuft'
Hasna mencoba mempraktekkan hasil pengalamannya itu.
'khem'
Suara bang Hamzah menginterupsi pergerakan Hasna.
"Cieee pengantin baru,"lanjut bang Hamzah cengar-cengir.
"Enggak usah ngeledek Bang," menatap tajam Abangnya itu.
"Silahkan kak,"Ujar Hasna meletakkan kembali piring Hizam.
"Adik kakak nih ceritanya?" Sahut bang Hamzah. Yang detik itu juga Hasna ingin menghajar Abang nya itu.
"Bang Hamzah," tegur Umma. Si pemilik nama langsung mengangguk santun.
"Makan Na,"Hizam menyodorkan sendok. Melihat istrinya yang diam tanpa pergerakan mengambil nasi untuk dirinya sendiri. Lagi pula, porsi makanan yang di ambilkan istrinya kebanyakan. Dengan tersipu, Hasna membuka mulutnya.
"so sweet," celetuk Meila yang duduknya tidak jauh dari Ayah Bundanya.
Tawa tercipta begitu saja di meja makan. Para pengantin lawas itu hanya menggelengkan kepala. Melihat pengantin baru yang masih malu-malu.
Malam hari,Pesawat dari Jogyakarta menuju Jakarta baru saja tiba. Membawa rombongan keluarga Umma Hanifah dan Ayah Ahsan. Di sambut para supir untuk menghantar ke kediaman masing-masing. Mereka saling berpamitan terlebih dulu tentunya.Kedua pasutri yang baru saja larut dalam asmara juga terpaksa kembali menuntaskan diri bergelut dengan jarak.
Hizam menyodorkan tangannya. Namun Hasna memilih mendekap erat badannya. Tinggi Hasna yang hanya sebahu Hizam. Membuat Hizam lebih mudah mengelus puncak kepalanya.
Ini memang sudah menjadi kesepakatan keduanya sebelum menikah. Sementara Berpisah untuk saling berbenah. Mematangkan persiapan diri masing-masing sebelum tinggal seatap.
Mobil melaju sesuai sang pengemudinya. Tidak ada percakapan yang tercipta. Hasna yang satu mobil dengan Umma memilih bungkam melihat jalanan. Menerawang seberat apa rindu yang akan menjadi teman.
Surah Al Imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Referensi: aplikasi cinta Quran
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Takut Nikah Muda
SpiritualCerita ini bukan tentang perjodohan. Bukan juga tentang nikah muda karena sebuah insiden. Tapi ini tentang cerita anak SMA yang berani mengutarakan cintanya dengan akad nikah di usia muda mereka. "Mau hidup bersama meraih jannah-Nya?" "Bismillah Has...