Chapter 68

214 9 0
                                    

"sekali lagi yuk buka mulutnya," pinta Hizam dengan datang yang melayang memegang sendok di depan Hasna.

"Udah kenyang mas,"bantah Hasna sama sekali tidak menatap suaminya. Ia memilih menatap korden jendela.

"Sesuap lagi Na,"rayu Hizam yang membuat sang perempuannya membuka mulut dengan terpaksa.

"Nah pinter,"lanjutnya mengusap kepala istrinya ketika sesendok nasi goreng spesial favorit istrinya yang membuat ia antre berjam-jam untuk mendapatkannya. Setidaknya, Hasna sudah memakannya walupun dua suapan.

Ada rasa berbeda yang Hizam rasakan. Respon biasa saja yang istrinya tunjukkan sedikit mempengaruhi hatinya. Sudah tak ia dapati lagi istrinya yang tersenyum malu-malu menatapnya. Hanya tatapan datar bahkan sesekali kosong.

"Hasna mau pulang," pintanya menatap lurus.

Suapan nasi berhenti di depan mulut. Dengan cekatan tangan itu langsung meletakkan kembali sendok di piring. Hizam akhirnya bisa mendengarkan suara Hasna yang kali ini berbicara cukup panjang. Walupun hanya tiga kata, setidaknya ada kemajuan. Karena kemarin-kemarin Hasna hanya mengatakan 'iya' dan 'tidak'

"Besok mas tanyain dokternya ya?" Jawab Hizam dengan antusias.

"Hasna kangen duduk di halaman belakang atau rebahan di kamar? At-"

"Hasna ngantuk,"ucap Hasna memotong Hizam yang sedang antusias berceloteh.

"Hasna ngantuk,"ucap Hasna memotong Hizam yang sedang antusias berceloteh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hasna yang kini kembali tergeletak di ranjang sendirian. Membuatnya bosan,ia memilih mengemasi bajunya untuk pulang. Sungguh ia girang saat dokter datang dan mengatakan ia boleh kembali ke rumah.

Setelah semua baju sudah ia rapikan kembali ke dalam tas dan koper. Kaki jenjangnya melangkah keluar. Sungguh bosan menanti suaminya pulang dari meeting.

Hasna tersenyum, melihat anak-anak kecil baru saja lahir yang belum tersentuh dosa dari balik jendela. Alam angannya kembali berimajinasi. Seandainya ia bisa memiliki anak dari sini. Tangannya terulur begitu saja menyentuh bagian perut.

Gemas sekali Hasna menatap beberapa anak kecil yang merengek meminta susu kepada suster yang berjaga. Senyum Hasna selalu mengembang di bibirnya. Tanpa Hasna sadari,dari jauh suaminya memperhatikan hal itu. Sungguh,sudah lama suaminya menanti senyum selebar itu.

Setelah berhasil mengabulkan permintaan istrinya untuk pulang. Hizam diam-diam kembali ke ruangan Hasna. Membereskan dan mengangkut barang-barang. Meninggalkan bidadarinya yang dengan asik dengan dunianya.

"Kan mas udah chat Na,kok kamu yang beresin barangnya?" Tanyanya sesimpel khawatir istrinya kecapean.

"Gapapa mas," jawaban yang terdengar paling simpel dari mulut perempuan. Ketika tidak mau mengutarakan sesuatu.

Hasna selalu membuat jarak. Namun Hizam mengikisnya. Tidak seberapa peduli tentang canggung yang tercipta. Hasna memilih melihat jalanan dari pada suaminya.

"Kamu mau mampir makan dulu?" Tanya Hizam mengusir sepi diantara mereka.

"Atau, ada tempat yang mau kamu datangi?" Lanjutnya belum mendapatkan jawaban.

"Mau ke rumah Umma," Hasna berusaha mengatakannya setelah gemuruh dadanya sedikit lega.

"Iya,nanti kita mampir ke sana," ucap Hizam tangannya terulur mengelus singkat kepala Hasna dengan senyuman tentunya.




Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang