Chapter 11

510 21 0
                                    

Meskipun cahaya rembulan tak seterang cahaya matahari,namun begitu menyenangkan untuk di pandang. Menatap hamparan langit malam yang hanya ada satu bintang dan bulan. Bersamaan dengan alam pikir tidak jelas memikirkan apa.

Sesekali berkhayal ingin bisa terbang menghampiri kedua benda langit itu.

Hasna menghembuskan nafas beratnya. Ternyata benar,jika sudah kita memasrahkan perasaan kepada-nya itu melegakan. Hatinya teduh tidak lagi riuh mendambakan cinta yang belum tentu bisa ia dapatkan.

Suara ketukan pintu sedikit menggangu. Dengan langkah malas tangan mungil dengan jemari mucuk eri. Meraih kenop pintu dan di putar menampilkan dari luar kedua kakak iparnya.

"Ayo turun ada tamu," ajak Dila. Yang langsung meraih tangan Hasna.

"Siapa mbak?"tanya Hasna.

"Ada deh,"ujar Dina. Dengan nada yang membuncah rasa penasaran.

Hasna dan kedua kakak iparnya berjalan menuruni tangga. Semua pasang mata di bawah melihat mereka.

Pandangan mata itu bertemu. Tidak ada degup apa-apa karena hati sudah kembali tunduk kepada sang Kuasa. Segara Hasna menundukkan kepalanya untuk memutuskan pandangan.

"Dia?" Tanya Hasna dalam hatinya.

"Sini duduk sebelah Umma," ujar Umma. Menepuk sofa.

Hasna langsung duduk di samping Ummanya tanpa bantahan. Begitu juga dengan kedua kakak iparnya yang duduk di tempat semula.

"Semua keputusan ditangan Hasna,"ucap bang Hamdan. Menambah penasaran Hasna.

"Bismillahirrahmanirrahim,Saya datang ke sini. Berniat mengajak bertaaruf,"tuturnya mendorong pelan CV yang sudah tergeletak di meja.

Ucapan singkat itu membuat Hasna semakin bingung.Sungguh tak terbesit di dalam pikiran Hasna jika dia datang untuk mengajaknya berkenalan?

"Bagaimana nak?" Tanya Umma yang melihat anaknya masih diam dan menunduk.

"Sebentar Umma,"jawabnya dengan sopan meninggalkan tempat ramai orang itu.

Hasna ke dalam kamar. Mengambil CV di rak  buku. Yang dulu Umma selalu menyarankan untuk membuat kertas itu. Akhirnya ada gunanya juga. Tapi, Ia Duduk termenung menatap kertas itu. Bingung dengan perasaannya yang kini sudah tak berasa. Bingung bagaimana, menerima atau menolak? Ia menghela nafas beratnya.

Hasna kembali ke ruang tamu. Mengambil  CV Hizam di meja dan menukar dengan miliknya.

"Alhamdulillah,"ujar sang Ayah lega.

Deretan buku terpajang rapi di rak sesuai dengan jenisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Deretan buku terpajang rapi di rak sesuai dengan jenisnya. Ke sana kemari mata Hasna menatap jeli untuk mencari buku yang ia inginkan. Jamari lentik itu mengambilnya. Matanya menatap seseorang yang kemarin mengajaknya berkenalan.

Kedua bola mata itu saling tatap sekilas. Tanpa ramah sapa Keduanya lalu melanjutkan kegiatannya. Hasna merasa aneh,kenapa debarnya menghilang? Kemana perginya perasa jatuh cinta?

Tanpa mereka sadari. Keduanya sama-sama memegang buku tentang fiqih pernikahan.

Hasna duduk di meja tangannya lihai membuka satu halaman demi halaman. Namun alam pikirnya entah melayang kemana dengan perasaan yang mengganjal di hatinya.

"Hasna,"sapa bang Irsyad. Suaranya membelah kesunyian yang tercipta di sini. Menyedot pasang mata dari buku di depannya masing-masing memandang kerahnya.

Hasna memblalakan matanya. Tak habis pikir, bisa-bisanya suara sepupunya begitu kencang di perpustakaan yang seharusnya senyap.

"Shut,"Hasna meletakkan jari telunjuknya di bibir.

Irsyad cengengesan untuk menepis rasa malunya berjalan kearah Hasna.

"Baca apa Na?"tanyanya duduk di depan Hasna.

"Eh,buku Lo tuh kebalik,"lanjutnya menyadari keanehan yang dilakukan sepupunya itu.

Dengan perasaan malu Hasna buru-buru membalik bukunya. Sebisa mungkin menatap datar Abangnya itu.

"Ke sini ngapain?" Tanya Hasna melihat bang Irsyad yang menghampirinya tanpa buku di tangannya.

"Oh iya," Irsyad menepuk jidatnya. Tergesa-gesa bangkit dari duduknya,"gue tinggal dulu ya."

Hasna menganggukkan kepalanya. Menarik nafas dalam-dalam berharap bisa memfokuskan kembali pikirannya. Baru beberapa halaman yang berhasil ia baca. Pengeras suara yang berada di sudut-sudut itu mengganggunya.

"Tolong yang bernama Hizam mendekat ke sumber suara ya. Maaf pak ketu gue udah capek keliling ruangan perpustakaan buat cari Lo. Terimakasih, wassalamualaikum,"

Hasna menenggelamkan wajah pada buku bacaannya. Menahan rasa malu yang teramat dalam. Dengan tingkah sepupunya itu.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang