Jam istirahat telah tiba.Hasna dan kedua sahabatnya memilih untuk melangkahkan kakinya ke masjid guna menunaikan shalat Dhuha.
Lagi lagi,mata Hasna menangkap sosok Hizam yang kerap ia lihat masuk ke masjid saat jam istirahat.
Setalah mengambil air wudhu. Hasna, Aiza dan Acila menemui Rabb-Nya dishalatnya masing-masing. Sesudah salam,Doa dan dzikir tidak lupa di ucapkan mereka dengan lirih.
"Na, Gue sama Aiza ke kantin dulu ya. Hehehe laper banget," pamit Acila melihat Hasna yang masih sibuk dengan mushaf Al-Qur'an.
"Iya," jawabnya.
Tangan Hasna sibuk membalik halaman mushaf Al-Qur'an setelah menemukan apa yang ia cari. Dengan Tartil ia membaca surah Ar Rahman.
Setelah rampung, Hasna melipat mukena yang ia pakai. Serta mengembalikan mukena di almari dan mushaf Al-Qur'an pada raknya.
Sayup-sayup Hasna mendengar seseorang yang membaca surah yang tadi ia juga baca. Namun suara yang ia dengar begitu indah. Suara itu sopan masuk telinga. Tanpa sadar Hasna mendekat ke sekat pembatas itu. Sedikit menyibak tirai, ternyata yang sedang membaca itu ternyata seorang siswa yang menghadap kiblat dan Hasna hanya mampu melihat punggungnya yang terbalut seragam OSIS. Hatinya bertanya, apakah itu Hizam?
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلرَّحْمٰنُۙ
عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗخَلَقَ الْاِنْسَانَۙ
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ
"MaasyaaAllah. Suaranya bagus banget umma," batin Hasna. Ia di buat meleleh ditempat.
Hizam membaca ayat per ayat dengan penghayatan. Pasti setiap telinga yang mendengar akan di buat nyaman. Hati yang gelisah pasti tenang. Karena Kalam Allah begitu indah.
Setalah agak lama akhirnya Hasna tersadar apa yang ia lakukan sudah kelewat batas. Tak seharusnya ia mengintip.
"Astaghfirullah," ucap Hasna.Lalu pergi meninggalkan masjid.
"Assalamualaikum," sapa Hasna duduk di depan kedua sahabatnya."Waalaikumsalam,"jawab Aiza. Menyodorkan seporsi batagor dan segelas jus jeruk.
"Makasih,"tutur Hasna yang langsung menyantapnya.
Hasna hendak memasukkan suapan sendok kedalam mulutnya mendadak ia tunda. Mendengar para perempuan berteriak histeris.
"Ya Allah Hizam suami gue tambah cakep."
"Heh halu Lo. Itu mas depan gue tuh."
"Itu jodoh gue woy."
"Dia yang tertulis di lauhul Mahfudz gue."
"Babang Irsyad nikahin dedek dong"
"Vian jadiin gue bini Lo dong"
"Naufal rambutnya kece badai ya bund"
"Umar tolong bimbing gue menjadi istri Sholehah lo dong"
"Woy Adit. Muka Lo datar tapi mampu membuat hati gue bergetar"
Begitulah kira-kira teriakan heboh para kaum hawa. Melihat segerombolan laki-laki yang datang masuki Kanti.
"Astaghfirullah,"ucap Hasna memandang miris para perempuan yang terang-terangan mengagumi yang bukan mahramnya.
"Siapa yang dateng sih?"gumam Hasna dengan nada kesal.
"Siapa lagi,ya geng inti Saturnus Na"sahut Aiza yang masih santai melanjutkan makannya.
Sekelompok laki-laki yang membuat histeris para cewek-cewek tadi. Berjalan menuju bangku kantin yang biasanya mereka duduki. Nyaris tidak pernah di duduki orang lain selain mereka.
"Makasih mang Ceceng. Say hai dong," tutur Naufal mengarahkan kameranya.
Mang Ceceng sedikit kebingungan dengan nampan yang ia bawa. Namun sedetik kemudian ia paham,"Ha?halo halo."
"Mang Ceceng keren!" Puji Naufal menampilkan satu jempolnya.
"Guys lihat sini dong," pinta Naufal mengarahkan kameranya pada teman-temannya yang sedang sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Zam. Senyum dikit Zam,"
"Vian! Rambut Lo rapiin dong,"
"Oke sip-sip"
"Buruan bakso gue keburu dingin nih," protes Irsyad yang terlihat lelah berpose.
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
'cekrek'
"Bagus nih gue posting di IG,"sorak puas Naufal.
"Heh,udah pada berdoa belum?"tanya Umar.
Kompak mereka yang hendak memasukkan suapan kedalam mulut masing-masing. langsung terhenti dan berbarengan menganggukkan kepala.
"Alhamdulillah. Ya udah ayo kita lanjut makan,"ajak Umar tersenyum ramah.
'brak'
Dengan kesal Vian memukul meja yang sontak langsung mendapatkan pandangan aneh dari teman-temannya.
"Udah. Makin panjang ntar ceramahnya,"cicit Irsyad setengah berbisik.
Para siswi di kantin berbisik-bisik melihat anak kelas sepuluh menghampiri meja geng inti Saturnus.
"kak Hizam,nanti sepulang sekolah boleh minta wawancara sebentar?untuk keperluan jurnalistik."ujarnya malu-malu.
"Bisa diwakilin Naufal?"tanya Hizam. Melihat sekilas adik kelas perempuan itu.
"AAAA OMG Hizam ngomong tiga kata dong," pekik salah satu siswi di susul siswi lainnya yang berteriak histeris memuji cowok irit bicara itu.
Hasna yang dari jauh tidak sengaja melihatnya pun tanpa sadar bibirnya melengkungkan keatas. Hatinya sedikit menghangat. Hizam begitu ketara sangat menjaga pandangan matanya.
"Tapi ka-"
"Bisa, gue bisa. Sama gue aja,"sela Naufal yang langsung antusias merapikan anak rambutnya.
"Ya udah. Sepulang sekolah ke ruangan jurnalistik,"tutur adik kelas itu dengan nada ketus dan langsung meninggalkan meja geng Saturnus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Takut Nikah Muda
SpiritualCerita ini bukan tentang perjodohan. Bukan juga tentang nikah muda karena sebuah insiden. Tapi ini tentang cerita anak SMA yang berani mengutarakan cintanya dengan akad nikah di usia muda mereka. "Mau hidup bersama meraih jannah-Nya?" "Bismillah Has...