Chapter 22

484 17 0
                                    

Bak bunga baru mekar yang semerbak baunya. Kedua insan manusia itu, kini sedang berbunga-bunga. Persis seperti bocah SMP yang lagi kasmaran. Tapi bedanya,Keduanya di mabuk cinta yang sudah terlabel restu-Nya.

"Cie dijemput paksu sekolah,"ledek umma yang terus menggoda anaknya.

"Ish Umma," rengek Hasna. Yang Malu-malu berdiri di samping Hizam dengan wajah muncul semburat kemerah-merahan.

"Kita pamit dulu Umma. Assalamualaikum,"tutur Hizam mencium telapak tangan mertuanya.

"Dadah Umma,"ucap Hasna dengan girang melambaikan tangannya. Setelah mengecup tangan Umma.

"Iya hati-hati ya,"Jawab Umma merasa ikut bahagia. Melihat putri kecilnya yang sejak pagi tadi, tidak berhenti tersenyum.

Mobil warna putih milik Hizam,melaju membelah jalanan. Sengaja memang,Hizam berangkat lebih pagi. Agar bisa membawa laju mobilnya dengan pelan. Karena ia ingin menikmati waktu dengan istrinya.

Sesampainya di sekolahan,keduanya tidak malu-malu keluar mobil bersamaan. Bahkan tak segan Hizam menggandeng tangan Hasna. Keduanya berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Dengan senyum yang terpampang di raut keduanya.

Tak terasa,waktu istirahat tiba. Seperti biasa kantin menjadi tujuan utama bagi siswa-siswi.

Baru saja Hasna bersama kedua temannya memasuki area kantin. Tidak sengaja Hasna menabrakkan pandangannya pada manik mata suaminya. Yang sudah duduk bersama teman-temannya dengan seporsi siomay. Keduanya bereaksi sama, saling tersenyum lebar. Sampai lupa jika sedang banyak insan manusia di sini. 

'khem'

Sengaja memang Aiza berdehem keras. Untuk menyindir temannya yang sedang mabuk asmara.

"E-eh ayo," jawab Hasna gugup. Seketika tersadar bersamaan dengan rasa malu yang menjalar di hatinya.

"Cie yang berangkat naik mobil,"ujar Irsyad sengaja mengencangkan suaranya. Sampai-sampai terdengar di meja Hasna.

Hizam yang merasa dirinya disindir hanya mengacuhkan saja. Beda dengan Hasna yang mati-matian menahan rasa malunya.

Seolah menjadi pancingan untuk anggota inti yang lain berkomentar. Mereka menjadikan momen ini untuk meledek ketua gengnya yang sedang kasmaran.

"Iya nich. Tumben-tumbenan, biasanya sih ogah-ogahan,"sahut Noval.

"Sekalinya bawa mobil eh ternyata bawa khem," sengaja Vian mensensor nama Hasna dengan deheman.

"Mentang-mentang udah MUI ya guys ya," ucap Umar yang ikut serta.

Baru saja Adit membuka mulutnya untuk ikut-ikutan. Namun Hizam sudah terlebih dahulu berbicara.

"Apa?mau ngomong apa?Lo kan yang Cepuin ke mereka,"ujar Hizam dengan wajah datarnya yang berkharisma.

Setelah kumandang pertanda istirahat selesai. Mau tidak mau siswa-siswi meninggalkan kantin dan kembali ke kelas masing-masing.

"Gue ke toilet dulu ya,"pamit Hasna. kepada Aiza dan Acila. Mendadak ingin buang air kecil.

"Mau kita anter?"tawar Aiza. Yang berjalan disisi kiri Hasna.

"Enggak usah. Kalian ke kelas aja, "jawab Hasan tergesa-gesa. 

Mereka berpisah di koridor. Hasna berjalan sendiri menuju toilet, sedangkan Kedua sahabatnya menuju ke kelas. Ralat, Hasna bukan sendiri tapi ada seseorang yang sudah siap menjalankan aksinya. Ya, dia mengikuti Hasna.

Aiza duduk dengan gelisah. Bahkan pandanganya tidak teralihkan sama sekali dari pintu kelas. Bagiamana tidak? pelajaran sudah di mulai dari tadi. Tapi Hasna belum kembali. Sampai-sampai dirinya mengirimkan chat ke Hizam untuk mencari keberadaan Hasna.

Hasna yang hendak keluar dari toilet. Sudah terlebih dahulu di dorong seorang perempuan dari depan. Yang membuat dirinya terjungkal.

"Apa-apaan sih?" Tanya Hasna berusaha menegakkan badannya.

"Ini akibatnya, Lo deket sama Hizam,"Jawab orang itu dengan menekankan setiap katanya. Ia semakin menghimpit Hasna pada tembok toilet dan mengikat paksa kedua tangan Hasna.

Tangan orang itu mendarat keras di pipi kanan Hasna. Panas menjalar di bekas tamparan yang Hasna rasakan.

"Kurang ajar," geram Hasna. Namun apa daya ia tak bisa melawan. Gerak tubuhnya terbatasi oleh ikatan tali kalar.

"Gue istrinya," geram Hasna sudah tak bisa mengerem mulutnya.

"Cih tukang halu Lo," ledek Orang itu. Sembari meludah ke arah kiri.

"Lepasin gue. TOLONGGGGGGGG." Teriak Hasna memberontak.

'Plak'

"ITU BUAT LO YANG GA BISA DIEM,"

Orang itu sedikit terpental ke arah belakang saat Hasna melawannya dengan tendangan kaki. Tapi, orang itu tidak kehabisan akal. Ia mencengkram Khimar Hasna dan

'Plak'

Dengan begis orang itu membabi buta.

'Plak'

"ITU BUAT LO YANG BERANI HALUIN HIZAM,"

'plak'

"ITU BUAT LO YANG BERANI DEKETIN HIZAM,"

'Dug'

'Dug'

'Dug'

Degan brutal orang itu membenturkan kepala Hasna pada dingin kamar mandi berkali kali. Dan juga menguras habis bak air untuk di guyurkan ke seluruh badan Hasna.

"LO PANTES DAPET INI SEMUA. LO PANTES DAN LO PANTES MATI," teriaknya.

"Ya Allah hanya engkaulah sebaik-baik pelindung dan penolong. Jangan biarkan dia merobek aurat yang sudah mati-matian hamba jaga," batin Hasna. Melihat orang itu mengeluarkan gunting.

Kondisi Hasna sudah benar-benar buruk. Hasna yang datang dengan rapih. Kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat.

Badannya sudah menggigil kedinginan. Wajahnya sudah di penuhi darah dan lebam. Sudut mulutnya robek mengeluarkan darah. Pipinya memerah bahkan sudah sedikit membiru. Begitu juga dengan dahinya darah segar sudah mengalir di sana. Bahkan rok panjangnya sudah di gunting membentuk belahan di pinggir kanan. Ia pasrah,terduduk dilantai toilet dengan ikatan di tangan dan kakinya.

Baru saja orang itu mengangkat pisau dan hendak melesatkan mata pisau di depan wajah Hasna. Suara dobrakan pintu membuat ia seketika itu, menghentikan pergerakannya.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang