Chapter 49

277 8 0
                                    

Rutinitas Hasna menjadi ibu rumah tangga. Setiap harinya ia tidak lupa mengantarkan Hizam ke depan pintu dan sekarang ia sedang tergeletak di sofa dengan kemocengnya. Membiarkan robot vacuum cleaner kesana-kemari membantu membersihkan lantai.

"Ayo semangat dapat pahala,"ujarnya menyemangati dirinya sendiri. Ia cukup kewalahan membersihkan rumahnya yang tidak besar hanya memiliki dua lantai. Hizam sudah menawarinya mengambil asisten namun ia menolaknya.

Suara handphone di dekatnya berbunyi. Hasna langsung mengambilnya dan menggeser layarnya yang langsung menampilkan wajah kedua sahabatnya dari sana.

"Assalamualaikum Hasna,"salam keduanya terlihat wajah mereka yang begitu bahagia.

"Waalaikumsalam,apa kabar kalian?"

"Alhamdulillah kita baik,Lo jugak baik kan?"

"Alhamdulillah,"

"Kangen ih," rengek Acila.

"Suami Lo kerja?" Tanya Aiza mengalihkan topik pembicaraan. Ia amat sangat malas untuk berdrama.

"Iya kerja,ada kelas siang juga dia,"

"Sendirian nih di rumah?"

"Iya nih, mampir sini dong kapan-kapan,"

"Iya kapan-kapan ya Na. Sorry sibuk banget jadi Maba,"

"Udah dulu ya, kelas mau mulai assalamualaikum Hasna,"

"Waalaikumsalam,"

Panggilan video call sudah di matikan dari sana. Hasna menatap pantulan wajahnya di layar hitam. Segara ia meletakkan kembali handphonenya. Ia sudah jarang main dengan kedua sahabatnya. Rasanya ada sedikit keinginan untuk bisa bersama-sama dengan kedua sahabatnya itu lagi.

"Masak aja lah dari pada galau,"ujarnya berjalan menuju dapur.

Ia bergulat dengan semangat meracik bumbu. Dengan tekad ia akan menyajikan masakan yang enak untuk menyambut suaminya pulang. Kalau sedang masak ia selalu membayangkan wajah suaminya yang senang menyantap makanannya.

Setelah semua selesai. Ia menyusun rapi meja makan dan sekarang gilirannya bertata untuk menyambut pulang suaminya.

Dengan abaya hitam andalannya dan polesan lip tint di bibirnya menambah kesan segar. Hasna duduk di ruang tamu. Ia sudah tak sabar menunggu suaminya pulang.

Sura bel berbunyi. Dengan semangat Hasna meluncur membukakan pintu. Hizam terlihat begitu sayu dan lelah. Mungkin kecapean,batin Hasna. Ia pun mengambil alih tas kerja yang ditenteng suaminya. Tak lupa mencium telapak tangan Hizam lalu menggiring suaminya di meja makan.

Baru saja keduanya duduk di meja makan. Hizam pergi tanpa patah kata meninggal Hasna sendirian di meja makan. Hasna yang melihatnya pun terheran-heran,"mas,makan dulu mas."

"Mas,"panggilnya sedikit keras melihat suaminya yang menaiki tangga menuju arah kamarnya.

"Udah dimasakin capek-capek jugak," gumamnya sedih menatap tumis udang dan udang goreng crispynya.


Malam-malam Irsyad datang bertamu. Dipaksa bertamu oleh Hizam sebenarnya. Irsyad terduduk di meja pantry dapur menyantap masakan Hasna tadi,"moga aja,Hasna masak udang terus deh. Biar gue yang ngabisin."

"Enak aja Lo,"sahut Hizam yang sedang merebus mie instan. Dengan alasan alergi ia tidak bisa menyantap masakan istrinya.

"Iya lah,biar besok-besok gue ajakin anak-anak. Sesekali mereka nyicip masakan Hasna yang enak banget ini,"sahutnya disela-sela menguyah.

"Awas aja Lo ajakin ke sini,"ujar Hizam bukan melarang teman-temannya datang bersilaturahmi. Ia hanya sedikit tidak rela masakan Hasna disantap dan disukai laki-laki.

Hasna menuruni anak tangga. Langkahnya menuju dapur. Sesampainya di sana hatinya nyeri melihat Hizam yang memilih memasak mie instan daripada menyantap masakannya. Padahal sepupunya itu sangat lahap menyantapnya.

"Apa kabar Na?" Tanya Irsyad basa-basi melihat sepupunya itu duduk di sampingnya.

"Baik,"jawab Hasna singkat nan ketus. Ia berjalan ke arah wastafel dan meletakkan gelas dengan kasar sembari melirik tajam suaminya.

---

Assalamualaikum, terima kasih ya sudah membaca dan memberikan vote🤍🤍🤍

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang