Chapter 9

491 22 0
                                    

Hasna bergerak gelisah di atas ranjangnya. Membalik-balikkan badannya mencari posisi nyaman untuk menutup mata. Namun Indra penglihatannya enggan mau terpejam. Dengan posisi terlentang dengan selimut sedada serta lampu penerangan yang ia sedikit redup kan. Otaknya mulai mengingat-ingat rutinitasnya sebelum tidur.

"Gosok gigi sama cuci muka udah," ucapnya.

"murojaah sama ambil air wudhu juga udah,"lanjutnya.

Hasna menarik selimutnya hingga menutupi seluruh wajahnya,"Ayolah Hasna tidur."

"Eh tapi,"ujarnya menurunkan selimutnya dari wajahnya.

Hasna terbengong. Otaknya sedang memutarkan secara bersamaan suara Hizam yang meminta doa kepada teman-temannya untuk kelancarannya menikah dan suara Umma yang menasehatinya untuk menikah.

Hasna mencengkeram selimutnya. Keningnya berdenyut nyeri. Ia mencoba mengatur nafasnya untuk memperbaiki hatinya yang kian berkecamuk. Ia menyibak selimutnya dan bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu. Ini jalan satu-satunya untuk menenangkan hatinya yang sedang gelisah.

Hasna Menoleh ke kanan lalu ke kiri dengan mengucapkan salam. Sebagai gerakan mengakhiri shalatnya. Tidak lupa mengucapkan istighfar Memohon ampun kepada Allah. Serta pujian untuk Allah Subhanahu wa ta'ala dan nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Lalu mengangkat kedua tangannya mengadukan  isi hatinya.

"Wahai Allah. Hamba, mengaguminya karna-Mu. Dan hamba berusaha menjaga rasa ini sesuai ajaran-Mu. Ya Rabbi ku. hamba titip rasa ini kepada-Mu. Hamba pasrahkan semuanya pada-Mu. Karena hamba tau engkau lah sebaik-baiknya Maha memberi, mengatur dan menetapkan. Entah jodoh hamba dia atau bukan. Hamba yakin engkau pasti akan memberikan yang terbaik bagi hamba,"

"Jika memang kami tidak bisa bersama, tolong hapus rasa ini biar tidak semakin hari hamba semakin mengagumi. Karena hanya engkau yang pantas hamba cintai dan hanya cinta kepada-Mu lah hamba tidak akan terluka,"

"Jika dia jodoh hamba. Pertemukan lah hamba dengan dia di waktu terbaik menurut-Mu,"

"Aamiin,"lanjutnya mengakhiri doanya.

"Aamiin,"lanjutnya mengakhiri doanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari ini anggota inti Saturnus berangkat bersama ke sekolah. Dengan rapi mereka memarkirkan motornya di halaman sekolah. Karena itu salah satu fasilitas yang berikan sekolah untuk geng Saturnus.

Teriakan histeris dari siswi-siswi yang berada di sana. Kala melihat anggota inti Saturnus membuka helm full face berserta sarung tangannya.

Dengan narsis Naufal merapikan rambutnya yang membuat para siswi-siswi kian menjerit heboh. Lalu Mereka mulai berjalan menyusuri koridor.

Vian menyikut tangan Irsyad. Saat melihat Hasna berjalan acuh memasuki kelasnya."tumben enggak nyapa Lo sad?"

"Kenapa tuh anak?" Ujar Irsyad mengernyitkan dahinya kebingungan. Biasanya sepupunya itu selalu ramah menyapa dirinya saat bertemu.

"Hayo lagi musuhan ya?" Sahut Naufal yang sembari memegang kameranya.

"Eh, enggak baik Lo Syad. Musuhan sama sepupu sendiri apa lagi sampai lebih tiga hari,"sahut Umar.

"Kayak lagi ngehindar,"sahut Adit setelah diam mengamati.

"Maksudnya?" Tanya Irsyad yang bertambah kebingungannya.

Setelah bel masuk kelas berbunyi tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi yang disambut senang oleh siswa-siswi untuk mengisi tenaga yang habis untuk belajar.

"Na ayok," ajak Aiza yang sudah bersiap bersama Acila untuk menuju Kantin.

"Enggak dulu. Mager banget," bohongnya. Sembari merebahkan kepalanya. Mulai hari ini, ia bertekad untuk menjauh dari seseorang  agar rasa yang bergejolak di dalam hatinya sedikit reda.

"Mau titip aja atau kita mintain obat ke UKS Na?" Tanya Aiza yang tau sahabatnya itu sedang datang bulan hari pertama.

"Makasih tapi enggak usah Ai. Udah di bawain Umma obat sama bekal,"ujarnya.

"Ya udah kita ke Kanti dulu," pamit Aiza mengusap singkat pundak Hasna.

"Bye Hasna," tutur Acila melambaikan tangan.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang