Chapter 64

187 10 0
                                    

Perlahan-lahan Hasna membuka matanya. Pendengarannya menangkap suara indah milik suaminya yang sedang membaca surah favoritnya. Betah sekali ia memandangi Suaminya dan menikmati lantunan ayat per-ayat.

"shadaqallahul adzim,"

Hizam menutup Al Qur'an tak sadar ada sosok cantik yang ia rindukan sedang menatapnya.

Hasna tersadar dari lamunannya, ingatan bersama Annabela mengusik hatinya.

"Umma?" Panggil Hasna, mengalihkan pandangan dari suaminya. Celingak-celinguk mencari keberadaan ibunya.

"Umma pulang sama bang kembar. Sama mas dulu ya Na,"tutur Hizam mengucap kepala istrinya.

"Hasna mau apa? Ada yang sakit?"lanjutnya melihat pandangan mata istrinya kosong.

"Haus?Atau lapar? Hasna mau makan apa hm?"

"Atau mau ke kamar mandi? Ayo mas antar," lanjutnya menerka-nerka sendiri.

"Atau ma-"

"Mau Umma,"potong Hasna memalingkan wajahnya ke kiri.

Seketika Hizam melihat jam di tangannya. Mana mungkin ia mengabulkan permintaan istrinya. Dini hari,ia tidak tega mengganggu mertuanya berisitirahat setelah beberapa hari merepotkan.

"Iya,besok ya. Sekarang lanjut tidur? Sini mau mas bacain surah Al-mulk?" Tawarnya hendak mendekati bidadarinya.

"Hasna enggak butuh mas, Hasna butuh Umma," ucapnya dengan mata yang memanas menghentikan gerakan Hizam.

"Hasna lanjut tidur ya. Mas tunggu diluar," ucap Hizam ia akan kembali tidur di kursi tunggu rumah sakit.

"Pulang ke rumah mas,"titah Hasna kepada suaminya yang sudah berada diambang pintu. Yang entah di-iyakan atau diabaikan.

 Yang entah di-iyakan atau diabaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kini Umma yang menemani Hasna. Seperti maunya Hasna,hanya Umma. Layaknya anak kecil yang tidak mau lepas dari ibunya. Sejak pagi tadi Umma datang hingga kini menjelang petang. Hasna masih betah di pelukan Umma.

"Umma. Hasna pengen ngobrol berdua sama mas Hizam," pintanya. Setelah berhasil mengumpulkan keberanian mencoba mengucapkan keinginannya kepada Umma untuk di sampai kepada suaminya.

"Udah sore, Terima kasih ya Umma nemenin Hasna hari ini. Umma pulang ya ke rumah istirahat,"lanjutnya melepas pelukan Umma.

"Apapun untuk Hasna,jangan bilang terima kasih ke Umma,"jawab Umma mengecup singkat kepala anaknya yang terbalut kerudung bergo.

"Umma pamit ya? Assalamualaikum,"lanjutnya dengan berat hati meninggalkan anaknya.

Umma membuka pintu ruangan. Yang di depan koridor ada kursi tunggu dengan penghuninya yang setia. Iya,ada Hizam di sana. Selalu menunggu Hasna.

"Zam, Umma mau pamit pulang dulu. Umma titip Hasna ya.Hasna nyari kamu, assalamualaikum," ucapnya pada menantunya.

"Waalaikumsalam,mau Hizam antar pulang?" jawabnya dengan senyum yang mengembang diwajahnya.

"Enggak usah,Umma sudah dijemput supir."

                                      

                                      

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Assalamualaikum,"salam Hizam. Tak lupa kembali menutup pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Hasna. Memalingkan kepalanya dari jendela dan menatap suaminya.

"Kenapa hm? Ada yang sakit?" Tanyanya.

Hasna menepuk tempat tidurnya mengisyaratkan untuk Hizam duduk di sampingnya. Hizam yang peka langsung saja mengikuti kemauan istrinya.

"Hasna peluk,boleh?" Tanyanya.

Hizam langsung membawa Hasna kedalam pelukannya.

Hasna bersandar di dada bidang milik suaminya. Menghirup dalam-dalam aroma khas suaminya yang ia rindukan. Hampir saja, ia lupa tujuan memanggil suaminya. Ia harus bicarakan karena ini menyangkut masa depan seseorang.

"Mas, janji harus di tepati kan?" Tanya Hasna mencoba berbasa-basi. Meskipun tak bisa dipungkiri,hatinya sudah terlebih dulu sesak sebelum mengucapkannya. 

"Iya harus," jawab Hizam.

"Mas,tolong tepati janji,"ucapnya. Mendongakkan kepalanya menatap wajah suaminya.

"Janji yang mana?" Jawabnya

Hasna menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan pelan. Sungguh sulit sekali mengucapkannya kalimat pinta itu.

"Nikahi dia,"ujar Hasna. Memalingkan wajahnya dari suaminya.

"Siapa?" Tanya Hizam yang bingung maksud kata 'dia'.

"Annabela mas,"

"Tapi Hasna enggak mau dimadu,"lanjutnya. Mencoba mengeluarkan uneg-unegnya.

"Ceraikan Hasna, nikahin dia mas," lanjutnya.  Air mata yang ia tahan kini tumpah begitu saja di pipinya.

"Enggak Na,mas nggak akan mau," ucap Hizam. Beralih duduk di hadapan Hasna. Ia Mencoba setenang mungkin. Jujur ucapan istrinya tanpa sengaja, menggores hatinya. Karena secara tidak langsung istrinya meminta untuk berpisah dari dirinya.

"T-tapi mas, janji harus ditepati," ujar Hasna menundukkan kepalanya. Sudah tak bisa lagi air matanya di seka karena meluncur deras begitu saja.

"Sayang," panggil Hizam lembut.

"Lihat aku," lanjutnya. Mengangkat dagu Hasna supaya pandangan mata mereka bertemu.

"Itu hanya janji anak kecil yang belum tau apa-apa tentang arti pernikahan,"ujarnya. Mencoba menjelaskan kepada Hasna. Dan memegang kedua tangan Hasna.

"Dia perempuan aku juga perempuan kak. Aku tau rasanya dia pasti su-"

"Shtttt,"

"Denger,mas hanya ingin kita bersama untuk saling membersamai meraih jannah-Nya,"

"Aku sama kamu,bukan sama dia," lanjutnya. Mengelap air mata istrinya.






                   

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang