Chapter 7

545 24 0
                                    

Hasna berjalan sendirian di koridor hendak menuju kelasnya. Setalah dari kamar mandi. Matanya menangkap sosok di ujung koridor yang akhir-akhir ini riuh di dalam doa-doanya.

Hasna merasakan degup jantungnya berdetak lebih kencang dan kupu-kupu terbang yang sedang berkeliaran di dalam perutnya. Serta panasnya api neraka yang siap membakar dirinya.

Solusi sempat muncul di benaknya. Jika ia balik badan dan kabur adalah jalan ninja pikirnya. Namun itu akan membuatnya semakin telat mengikuti mapel matematika.

Dua manusia berseragam putih abu-abu dengan langkah kaki yang menapak di lantai koridor. Seperti kutub Utara dan Selatan yang berlawanan arah. Kedua insan itu berpapasan. Baik Hasna maupun Hizam keduanya sama-sama menundukkan pandangan tidak ada yang menoleh sedikitpun untuk mencuri pandang. Sebesar apapun cinta yang mungkin tumbuh di keduanya akan tetap kalah dengan cinta kepada Rabb-Nya.

"Astagfirullah," batin Keduanya bersamaan dalam diam.

Hasna bernafas lega setalah berhasil melewati Hizam. Ia mempercepat langkah kakinya,"Ya Allah maafin Hasna,"cicitnya.

"Loh kalian kok di luar?" Tanya Hasna terheran. Melihat kedua temannya berdiri di pembatas Koridor depan kelas.

"Pak Dudi keluar ya kita ikut keluar,"jawab Acila. Yang membuat Hasna melihat Aiza untuk meminta keterangan.

"Pak Dudi ada rapat dadakan. Kita disuruh ngerjain buku paket tapi suntuk banget Na,"Aiza memijit pelipisnya dengan kedua tangan sembari bersandar di pembatas koridor.

Hasna ikut bertumpu dagu di pembatas koridor. Melemparkan pandangannya di segala arah. Melihat beberapa area luar kelas yang masih sepi. Wajar saja, jam istirahat belum tiba. Pandangan Hasna jatuh ke bawah. Tepat dimana laki-laki kelas XII IPS sedang bermain basket di lapangan terbuka.

Dengan lihai tangan kekar Hizam mengiring bola basket. Keringat membasahi rambutnya yang terbelah dua membuat dirinya terlihat semakin keren. Lompatannya pun berhasil menghantarkan bola memasuki ring.

"BERISIK BANGET,"sentak Aiza kesal bergegas meninggalkan pembatas koridor.

Para siswi-siswi sekelasnya tidak menggubris ucapan Aiza. Mereka hanya merespon dengan ngedumel singkat lalu kembali berteriak histeris nan heboh menonton Hizam dkk.

"Na. Ayo,"ajak Acila pergi menyusul Aiza. 

"Hasna. Ayo..."lanjutnya. Sedangkan Hasna masih belum ada pergerakan. Sahabatnya itu masih fokus melihat ke arah lapangan.

Acila mendekatkan kepalanya pada kepala Hasna. Matanya menatap ke lapangan lalu kembali menatap sahabatnya. "Lihatin siapa sih Na?"

"Hati-hati zina mata,"celetuknya.

Di detik itu juga Hasna tersadar dan merasa berdosa. Tidak menahan pandangannya. Mantap berlebihan laki-laki yang bukan mahramnya."Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah."

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang