Chapter 34

356 14 0
                                    

Hari-hari Annabela kembali ke Indonesia dan di sekolah barunya berjalan tidak semulus yang ia kira. Ia merasa kesal dan rasanya ingin cepat menyingkirkan semua yang menjadi penghambat ia bahagia.

Di dalam mobil taksi. Ia menyiapkan dirinya untuk kembali melihat masa lalunya yang begitu keruh. Setelah kejadian itu datang, sebelum tidur ia pasti selalu berdoa dan berharap saat ia membuka kembali matanya. Semua masalah itu sudah selesai .Tapi itu hanya bisa ia lihat ketika memejamkan mata. Saat ia membuka mata semua sirna seketika. Karena hanya lewat mimpi, ia bisa melihat kebahagianya.

Mobil taksi itu berhenti di depan rumah mewah. Ia turun dari mobil itu dan menatap gerbang yang menjulang tinggi dihadapannya. Tanpa ada rasa ingin masuk kedalamnya. Karena sesak dan sakti hati membuat ia hanya mampu berdiri meratapi semuanya. Pikirannya melayang pada titik ia bahagia . Dimana ia masih bisa merasakan peluk hangat dari kedua orangtuanya. Sebelum papahnya menjadi monster yang mengerikan mengekang hidupnya.

"Pah,Anna dapet nilai seratus,"adunya girang. Kepada Papahnya yang sedang menyesap secangkir kopi di meja ruang keluarga.

"Wih anak papah hebat," ucapnya lalu memeluk anaknya yang terlihat begitu senang.

"Nih mamah buatin cake kesukaan Anna," tutur mamahnya yang datang dari dapur membawa sepiring Muffin.

"Yeay," girangnya. Lalu memeluk kedua orangtuanya. Sesimpel itu bahagianya.

Pikiran yang sedang mengenang memori indah itu berganti suram.

Malam itu Annabela bersembunyi di balik dinding ruang tamu bersama boneka Bintang lucu yang berada di pelukannya. Suara keras dari papahnya yang sedang memaki mamahnya membuat ia tidak bisa memejamkan matanya.

"MAS KECEWA SAMA KAMU," makinya kepada istrinya yang sedang duduk di sofa dengan ketakutan yang menyerang.

"Mas aku bisa jelasin ak_"

"JELASIN APA LAGI JA**NG?"Potongnya yang masih dengan nada sama.

"MAS PIKIR KAMU SUDAH MELUPAKAN DIA. NYATANYA?KAMU MASIH SUKA KAN SAMA HASYIM?"

"Mas ak_"

"AKU APA?KAMU MASIH SUKA KAN?!"

"JUJUR SAJA KAMU,"desaknya. Yang masih mengertak istrinya.

"Iya aku masih suka sama dia mas,"ujarnya mengakui. Menunduk ketakutan melihat suaminya yang mengamuk seperti sedang kesurupan.

"PERGI KAMU DARI RUMAH INI DAN TUNGGU SURAT PERCERAIAN DARI SAYA," ucapnya menunjuk arah keluar rumah.

"Nggak mas aku nggak mau," ucapnya

"T-tolong beri aku kesempatan,"lanjutnya.

"Kasihan Annabela mas,"

"KELUAR," ucapnya menarik kasar istrinya keluar sampai Depa pagar rumah. Tak peduli lagi kondisi alam sedang hujan.

Annabela berumur 11 tahun sudah paham percakapan kedua orangtuanya. Kakinya mendadak lemas tak kuat menahan tubuhnya. Ia terduduk di lantai menangis melihat drama yang menyedihkan itu.

Air matanya begitu deras mengalir di pipi Annabela. Dengan kasar ia mengusapnya dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah mewah itu. Ia tau kemana untuk mengobati rindu kepada mamahnya.

Annabela hanya mampu melihat mamahnya lewat jendela kamar disebuah rumah sakit. Sungguh dirinya tak kuat melihat kondisi mamahnya yang menyedihkan. Ia menyaksikan sendiri bagaimana kewalahannya para suster rumah sakit jiwa yang menenangkan mamahnya yang sedang mengamuk disana.

"SEHARUSNYA YANG MATI HANIFAH BUKAN HASYIM,"teriak Ane. yang terus memberontak saat kedua tangannya terpaksa diikat oleh suster.

"LEPASKAN SAYA. SAYA TIDAK GILA," teriaknya lagi.

"HAHAHAHA," tawanya sebelum ia tak sadarkan diri karena terpaksa dibius tidur oleh salah satu suster di sana.

Lagi,lagi,pipi Annabela banjir air mata. Ia memilih melangkahkan kakinya pergi dari sana. Sudah cukup rasanya ia menyiksa batinnya sendiri.

"Lo harus bayar semua penderitaan ini, Hasna!" ucapnya berdiri di trotoar. Tak sengaja melihat Hasna dan Hizam yang berboncengan dengan mesra. Ia Mengepalkan tangannya menahan amarah yang menyelimuti dirinya.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang