Chapter 21

569 25 1
                                    

Irsyad bersiap menunggangi kuda besinya. Memakai helm serta sarung tangan tidak lupa ia lakukan. Baru saja tangannya hendak memutar gas. Dari kejauhan terdengar panggilan dari Mamanya.

"Tolong, sekalian anterin ke rumah Umma ya," titah perempuan sedikit terengah-engah menghampiri anaknya.

"Siap Mama," ujarnya yang nampak kekar di jalanan,kini seperti bayi baru di mandikan dan di beri bedak tabur, menggemaskan.

"Hati-hati jangan kebut-kebutan, jangan ugal-ugalan juga,"Irsyad bergegas mencium tangan Mamanya sebelum ia akan di berikan kiat-kiat berkendara dengan baik dan benar di jalanan. Bukanya apa, ia tau kenapa orangtuanya begitu seposesive itu kepadanya. Sebab ia anak tunggal kaya raya yang akan menjadi pewaris tahta dan harta.

Sinar matahari pukul 10.00 WIB menerpa wajahnya. Banyaknya kendaraan di jalanan serta padatnya kehidupan di ibu kota, membuat dirinya tidak berharap lebih menikmati suasana.

"WOY KEMANA SAD?" Motor yang di tumpangi Adit mencoba mensejajarkan dengan motor Irsyad.

"Ke rumah bang Hamdan,"ujarnya menjawab pertanyaan Naufal.

"IKUT DONG," Irsyad mengangguk. Membiarkan teman-temannya mengikuti laju motornya.

Sesampainya di rumah Umma. Hanya Irsyad yang masuk kedalam. Umar, Naufal serta Adit memilih menunggu di pos satpam, Menemui Pak Diman yang mengidolakan geng Saturnus.

Hasna terduduk dengan muka ditekuk. Merelakan pahanya menjadi bantal suaminya memasuki alam mimpi. Sedikit sebal memang, suaminya itu sudah jarang pulang. Sekalinya pulang terlelap begitu saja. Tetap saja, rasa cinta selalu tumbuh di hatinya. Ia usap halus rambut suaminya yang selalu beraroma wangi.

Hizam menarik tangan Hasna yang berada di kepalanya. Membawanya ke depan mulutnya,ia kecup singkat lalu menggenggamnya hangat.

'khuk'

Hizam terlonjak bangun dari tidurnya.

"Hasna ambilin minum dulu ya?"

"Aku aja Na," ujar Hizam. Beranjak keluar kamar.

Setalah rampung menyerahkan amanah dari Mamanya. Irsyad bergegas keluar. Matanya membulat sempurna. Melihat ketua geng Saturnus keluar dari kamar sepupunya.

"ZAM!LO APA-APAN?" Hardiknya marah. Menghimpit Hizam di dinding.

"ASTAGHFIRULLAH,ZINA DOSA BESAR HIZAM," 

Pukulan menghantam wajah Hizam. Irsyad gemas,ketua geng Saturnusnya itu bungkam. Sedangkan, Hizam pasrah tenggorokannya teramat sakit hanya untuk berucap. Ia butuh air minum sekarang juga.

'bug'

Lagi, pukulan melayang.

Di rasa suaminya tidak cepat kembali, Hasna memutuskan keluar kamar, "AAAAAAA."

"Diam Na, harus di kasih pelajaran nih orang," Ujar bang Irsyad yang masih meletakkan tangannya di tenggorokan Hizam.

Hasna panik,ia berteriak menangis memanggil seisi rumah mendekat ke sumber suara.

"Astagfirullah,"Bang Hamzah beristigfar.

"NI ORANG KETERLALUAN BANG," Irsyad semakin bersemangat melayangkan pukulan.

Berhasil bang Hamdan melerai keduanya. Dan mendudukkan Irsyad serta Hizam di ruang keluarga.

Hasna menangis di pelukan Hizam. Membuat Irsyad semakin jengah melihatnya.

"Suami Hasna," Irsyad membola mendengar gumaman dari sepupunya itu.

"Ha?"

"Mereka sudah nikah Irsyad," tutur bang Hamdan tanpa ekspresi.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang