Chapter 16

578 26 8
                                    

Sore hari, Acara pernikahan sudah selesai. Namun keluarga masih berkumpul hanya untuk  berbincang-bincang. Hasna memutuskan pamit ke kamar, menyusul sang suaminya. Mengingat adzan ashar yang baru berkumandang. Dirinya ingin bergegas shalat dengan seorang imam tentunya.

Namun saat di depan kamar ia bimbang. Antara masuk atau tidak. Sempat mondar-mandir beberapa menit akhirnya Hasna memberanikan diri untuk mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Sesampainya di dalam,kamar nampak tak berhuni. Hasna pikir Hizam sedang keluar kamar. Jadi Hasna masuk begitu saja dan berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu.

"Astagfirullah," ucap Hasna terkejut. Sepontan ia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

Pintu itu sudah di buka terlebih dahulu dari dalam oleh Hizam. Yang masih menggenakan handuk putih sepinggang.

"Kenapa hm?" Tanya Hizam yang berusaha nahan tawa. Melihat tingkah lucu istrinya.

"B-bajunya Di-di Pakek," jawab Hasna yang tiba-tiba gagap.

"Belum kamu siapin," bisik Hizam.

"Eh?ma-maaf," ujarnya langsung ngibrit membalikkan badannya tanpa menoleh kebelakang dan sibuk membongkar koper milik Hizam.

Setalah selesai ganti baju di kamar mandi. Hizam menghampiri Hasna yang sudah selesai berwudhu terduduk di meja rias mengoleskan moisturizer di pipi berseri itu.

"Boleh lihat rambut kamu?" Tanya Hizam duduk di kasur belakang meja rias.

"Nanti jangan takut buka Khimar di depan suami kamu ya nak," nasihat Umma kemarin  terngiang-ngiang di kepala Hasna.

"Boleh," jawab Hasna dengan gemetar melepas jarum pentul di lehernya.

"MasyaAllah," ucap Hizam. Kagum dengan rambut istrinya yang tergerai indah semerbak wangi serta hitam berkilau.

"Shalat ashar berjamaah yuk," ajak Hizam.

"Iya kak,"

"Kak?" Tanya Hizam sepontan.

"Bolehkan Hasna manggil kakak?"tanya Hasna. Menundukkan kepalanya takut jika suaminya tak terima dengan panggilan itu.

"Boleh dik," Hizam mengangkat dagu Hasna supaya pandangan mereka bertemu.

"Umma tolong,Hasna ga kuat ," batin Hasna. Pipinya terasa panas serta kupu kupu terbang yang serasa sedang hinggap di perutnya.

Setalah selesai sholat ashar berjamaah dan makan malam bersama keluarga besar kini Hasna dan Hizam kembali ke kamar.

Hasna yang nampak bimbang untuk ikut merebahkan diri di kasur membuat Hizam menarik pelan tangan Hasna.

"Denger! kalau itu yang kamu takuti dan kamu  belum siap. Aku gak minta hak itu sekarang," ucap Hizam seolah membaca pikiran Hasna. Tangannya menggenggam erat tangan istrinya serta Menatap lekat netra miliknya. Ia sedang berusaha untuk mengerti tak apa jika dirinya sedikit tersiksa.

"Jadi istri yang baik ya nak. Beri pelayanan terbaik untuk suamimu,"lagi lagi nasihat kemarin dari ummanya kembali terngiang-ngiang.


"kalau kakak mau malem ini. Insyaallah Hasna siap," entah dari mana Hasna berani berucap seperti itu.

"Yakin?" Tanyanya. Dan Hasna mengangguk mantap.

Keduanya mengambil air wudhu. Bersama menggelar sajadah untuk melaksanakan shalat dua rakaat. Sebagai  awal mereka sebelum melakukan itu. dan berdoa sebelum memulai. Malam ini menjadi malam terpanjang bagi keduanya.

Dini hari, sebelum ayam berkokok dan mentari mulai menyapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dini hari, sebelum ayam berkokok dan mentari mulai menyapa. Hasna sudah diam-diam tersenyum sendiri mengamati paras suaminya yang nampak masih terlelap. Entah mengapa setelah akad. Di matanya, suaminya itu selalu terlihat tampan tanpa celah jelek sedikit pun.

"Sampai kapan lihatnya?" Ujar Hizam tanpa membuka mata.

Sontak Hasna kelimpungan membalikan badannya. Menahan malu yang teramat dalam kepergok mengagumi suaminya terang-terangan. Kalah cepat dengan tangan Hizam yang menarik pundak Hasna untuk mendekat kepada dirinya.

"Malu,"cicit Hasna yang berbantalan tangan kekar.

Hizam terkekeh singkat,"persiapan shalat Subuh yuk?"

Hasna mengangguk. Membiarkan suaminya bangun terlebih dahulu mengunakan kamar mandi untuk mandi besar. Sedangkan dirinya merapikan tempat tidur dan menggelar sajadah.

Sembari menunggu istrinya mandi besar. Ia melaksanakan shalat dua rakaat sebelum subuh.

Hasna yang baru saja keluar dari kamar mandi. Betah bersandar di dinding, mendengarkan bacaan surah Al Baqarah. Sungguh benar-benar indah jika pernikahan didasari cinta karena Allah.

Hizam menoleh mendapati istrinya di sana. Ia tersenyum menganggukan kepalanya sekilas. Sungguh,kali ini Hasna ingin berteriak sekencang mungkin. Kedua kalinya  ia sudah kepergok mengagumi suaminya secara terang-terangan. Dengan rasa malu, Hasna mendekat berdiri di barisan belakang suaminya.

"Assalamualaikum warahmatullah,"ucap Hizam mengakhiri shalat Subuh dengan salam. Menoleh ke kanan lalu di susul ke kiri. Diikuti Hasna tentunya,yang menjadi makmum di belakang. Keduanya sibuk memuji Pencipta-Nya. Larut dalam dzikir masing-masing.

Surah Al Baqarah ayat 223

نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ مُّلٰقُوْهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.

Siapa Takut Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang