Kedua alis tebal Richard bertaut. Nyaris bersentuhan saat pria itu terlihat serius mengamati foto demi foto Litta yang terpampang di layar laptop yang tersambung langsung pada kameranya. Memilih beberapa yang terbaik untuk kemudian ia berikan pada salah satu editor.
Send. Klik!
Begitu foto terbaik Litta telah pindah ke dalam folder, Richard segera mengirimkannya pada editor kepercayaannya melalui surel. Setelahnya, ia melepas sambungan dan menyimpan kamera di meja panjang di belakang kursi kebesarannya. Menggeser laptop ke sisi lain meja, dan menarik satu per-satu dokumen untuk diperiksa dan dibubuhi tanda tangannya.
BUGH!
Josh masuk ke ruangan Richard tanpa mengetuk pintu. Sudah menjadi kebiasaan lelaki itu sejak lama. Meski Richard terkadang tidak terima, Josh tak mengacuhkannya.
Duduk malas di hadapan Richard, Josh bersedekap. Menunjukkan raut menahan kesal. "Nadia merajuk. Wanita itu tidak akan bergerak satu inchi pun jika bukan kau yang melakukannya, Rich!" adu Josh. "Aku lelah membujuknya!"
"Bukankah kau hebat jika berurusan dengan makhluk bernama wanita, Josh. Tunjukkan kemampuanmu menaklukkan wanita itu."
Bola mata Josh berputar. "Nadia pengecualian."
Richard menghentikan tarian jemarinya di atas kertas. Hanya untuk memusatkan perhatian pada Josh, sekaligus menertawai pria itu. "Kau saja menyerah, lalu bagaimana denganku?"
"Wanita itu menyukaimu. Tentu pemotretan akan berjalan lancar, Bung!"
"Aku sibuk. Bukankah sudah kuserahkan padamu? Atau kau minta X mengambil alih. Sepertinya ia kosong hari ini-"
"Kau ini pura-pura bodoh atau memang bodoh! Bukan Xavi atau aku, Rich. Tapi KAU!"
Tepat saat ucapan itu berakhir, pintu ruangan Richard terbuka kencang. Menimbulkan benturan sisi pintu pada dinding. Pun mengalihkan pandangan manik biru dan abu-abu itu secara bersamaan pada sumber suara.
Mengabaikan sopan santun, Nadia melangkah anggun memasuki ruangan Richard. Berdiri tepat di sisi Josh, dan lantas menumpukan kedua tangan pada pinggiran meja. Memandang Richard yang tak menyambutnya karena pria itu telah kembali menekuni lembar demi lembar berkas yang tentunya lebih penting.
Sesuai time schedule, hari ini semua dokumen harus selesai karena esok Richard memiliki jadwal meeting dan berencana ke luar kota.
"Rich-"
Richard mengangkat wajah. "Untuk apa kau kemari, Nad? Bukankah kau seharusnya berada di studio? Jadwalmu sudah mundur setengah jam!" ucapnya kesal, namun berusaha tetap menstabilkan suara agar tak membentak.
"Aku hanya ingin kau yang memotretku, Rich!" Nadia dan suara manjanya.
"Bersikaplah professional, Nadia!"
Nadia menghela napas. "Aku tidak bisa memaksimalkan ekspresi jika bukan kau-"
Richard bangkit dari duduk dengan raut suram. Menyambar kamera di belakang kursi kebesarannya di tengah-tengah gerutuan kekesalan. "Aku benar-benar akan memutus kerja sama dengan pihak majalah yang merekrutmu sebagai model mereka."
Sekesal apapun, Richard berusaha untuk professional dalam bekerja. Namun begitu, di studio miliknya, tentu tak hanya dirinya saja yang expert dalam hal memotret, terutama dalam ruang lingkup portrait dan street photography.
Masih ada 3 rekan lainnya seperti Josh, Xavi, juga Andrea yang memiliki keahlian dalam jenis fotografi yang mereka kuasai masing-masing. Untuk itulah Richard mempekerjakan ketiganya agar bisa membantu jika ia sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...